Tidak sedikit juga perusahaan yang secara independen mencanangkan
target nihil kecelakaan kerja baik yang 'lost
time accident' ataupun 'recordable
accident'. Tidak jarang, target tersebut dikaitkan dengan bonus atau
insentif tertentu.
Apakah target zero accident
itu bagus? Menurut saya tidak.
Peneliti K3 sudah mengingatkan hal ini (Sidney Dekker, di buku Safety Differently), juga lembaga negara
Amerika, Occupational Safety & Health Administration (OSHA) menerbitkan
memo tentang hal itu (Employer Safety
Incentive and Disincentive Policies and Practices Memo).
Apa pasalnya target dan penghargaan zero accident malah justru bersifat kontra produktif? Ada setidaknya
tiga poin yang bisa kita ambil.
Pertama, kita harus mulai melihat K3 sebagai kapasitas, bukan
hanya sebagai produk atau hasil akhir suatu aktifitas (tidak ada kecelakaan).
Sederhananya, jangan dilihat dari aspek lagging indikator, tapi
mulailah untuk menilai atau mengapresiasi usaha proaktif pencegahannya (leading
indikator).
Mengutip Sidney Dekker, "we
should not define safety as an absence of negatives, but the presence of
positive capacities."
Kedua, penghargaan, bonus, atau insentif jika tidak ada kecelakaan
justru membuat para pekerja menyembunyikan kecelakaan (tidak melaporkan) agar
dapat tambahan bonus.
Akan ada peer pressure
yang besar dari pekerja-pekerja lain terhadap korban atau pihak yang terlibat
dalam suatu kecelakaan untuk tidak melaporkan kecelakaan karena akan
menghilangkan bonus bersama.
Dan jika kecelakaan ditutup-tutupi, akar penyebabnya masih terus
ada di organisasi atau tempat kerja, tinggal menunggu kejadian serupa terulang
lagi.
Terakhir (ketiga), tempat kerja tanpa kecelakaan bagi saya adalah
mimpi di tengah siang bolong. Gimik bombastis yang terlalu menyederhanakan
persoalan untuk merebut hati manajemen (dan menyesatkan mereka).
Saatnya kita membangun organisasi pembelajar sejati, juga menerima
fakta bahwa manusia bisa saja berbuat salah.
Jadikan kecelakaan bukan sebagai aib, tapi sebagai momen menuju
perbaikan berkelanjutan (continuous
improvement).
Jangan pernah beranda-andai kecelakaan tidak akan terjadi, tapi
persiapkan sistem yang bisa meredam kecelakaan dan dampaknya sehingga tidak akan
ter-eskalasi menjadi serius dengan melakukan deteksi dini kondisi abnormal,
respon cepat kejadian kecelakaan, dan recovery/pemulihan singkat kondisi bencana.
Kita mungkin sudah baik dalam mengidentifikasi bahaya, tapi apakah
kita juga sudah mempersiapkan hal-hal yang diperlukan ketika terjadi hal yang
tidak diinginkan, supaya bisa segera meredam dan segera melanjutkan operasi
bisnis dalam kondisi normal?
Meyakini kecelakaan akan terjadi menjadikan kita sebagai manusia
atau pekerja yang realistis (vulnerable
atau rentan celaka), sadar bahaya dan risiko, dan siap menghadapi kondisi siaga
darurat.
---000---
Referensi:
•
Government Accountability Office. Better OSHA Guidance Needed on Safety
Incentive Program. April 2012. Washington, USA.
•
Occupational Safety & Health
Administration. Employer Safety Incentive
and Disincentive Policies and Practices Memo. Maret 2012. Washington, USA.
•
Dekker, Sidney. Safety Differently. Human Factors for a New Era. 2015. Florida,
USA.
Tulisan ini ditayangkan di Tribun Kaltim, kolom Opini edisi 29 September 2018 |
Namun menurut saya target zero accident bisa membantu menyemangati pekerja juga Pak supaya lebih berhati hati ketika bekerja
BalasHapus