Pencegahan kecelakaan adalah tujuan paling dasar dari
semua sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Karenanya,
memahami bagaimana kecelakaan bisa terjadi adalah juga syarat paling mendasar
untuk mencegah terjadinya insiden.
Bertahun-tahun, para peneliti K3 telah mengembangkan
banyak model konseptual sebab-akibat sebuah kecelakaan. Ada model kecelakaan
linier yang menjelaskan bahwa satu faktor mengakibatkan faktor lain, dan faktor
seterusnya, sehingga mengarah ke kecelakaan; ada juga model kecelakaan kompleks
non linier yang menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang berperan bersama, dan
kombinasi dari pengaruh kesemua faktor tersebut mengakibatkan terjadinya
kecelakaan.
Secara umum, model-model kecelakaan dapat dikategorikan
menjadi tiga fase: linier sederhana, kompleks linier, dan kompleks non linier.
Model linier sederhana menyatakan bahwa kecelakaan adalah
puncak dari urutan kejadian-kejadian yang saling berurutan.
Model linier sederhana pertama yaitu “efek domino” atau
“teori domino” yang dikembangkan oleh Herbert W Heinrich. Bukunya yang berjudul
Industrial Accident Prevention (1931)
menjadi rujukan awal untuk memahami kecelakaan.
Heinrich mengusulkan bahwa kecelakaan adalah salah satu
dari lima faktor yang berurutan dengan fokus pencegahan kecelakaan menyasar
pada faktor yang ada di tengah urutan, yaitu tindakan berisiko/tidak selamat,
bahaya fisik dan mekanik.
Kelima faktor Heinrich yaitu: faktor
lingkungan/keturunan; kesalahan pekerja; tindakan tidak selamat, bahaya fisik
dan mekanik; kecelakaan; dan cidera.
Gambar 1 Model domino (Heinrich, 1931)
Urutan teori domino kemudian dikembangkan oleh Bird dan
Germain (1985) yang menyadari peran manajemen dalam mencegah dan mengendalikan
kecelakaan pada lingkungan kerja yang semakin rumit karena perkembangan
teknologi.
Model ini dikenal sebagai “Loss Causation Model” yang diilustrasikan juga seperti urutan lima
domino.
Gambar 2 Model loss causation (Bird
dan Germain)
Model berurutan terus dikembangkan pada tahun 1970an,
namun sudah mulai menggabungkan beberapa kejadian di dalam urutannya.
Model-model ini dikategorikan sebagai kompleks linier, diantara contohnya
yaitu: energi perusak/energy damage,
urutan kejadian/time sequence,
epidemiologi, dan model sistemik atau keju Swiss (Swiss cheese).
Model energi perusak seringkali disandingkan kepada
Gibson (1961) yang menganggap bahwa kerusakan (cedera) adalah akibat dari
pelepasan energi yang intensitas di titik kontak penerima melebihi kemampuan
ambang batas penerima.
Kecelakaan, oleh model energi perusak, terjadi akibat
hilangnya kendali energi akibat kegagalan mekanisme pengendali energi
berbahaya. Mekanisme pengendali bisa berupa struktur penahan fisik, pelindung,
proses-proses, dan prosedur.
Gambar 3 Model energi perusak
Model urutan kejadian muncul untuk menjawab empat isu
yang dikritisi dari teori domino: perlunya mendefinisikan awal dan akhir
kecelakaan; perlunya untuk menempatkan kejadian pada urutan waktunya; perlunya
metode terstuktur untuk menggali faktor-faktor yang terlibat; dan perlunya
metode grafik untuk menjelaskan kejadian dan kondisi.
Gambar 4 Model urutan kejadian
Tiga zona di model urutan kejadian dapat digunakan pula
untuk merumuskan langkah-langkah pencegahan kecelakaan. Di zona 1, ada
kesempatan untuk mencegah terjadinya kejadian; di zona 2, ada kesempatan mendeteksi
terjadinya kejadian dan mengambil langkah untuk menurunkan tingkat kekerapan/likelihood; sementara di zona 3, ada
kesempatan untuk mengendalikan dampak dan paparan kejadian.
Model epidemiologi berangkat dari studi epidemiologi yang
menentukan faktor-faktor penyebab perkembangan suatu penyakit. Benner (1975)
insinyur dan praktisi psikologi, melalui model ini menyatakan bahwa kecelakaan
adalah kombinasi dari faktor agen pengganggu dan lingkungan yang mempengaruhi
lingkungan host (seperti epidemi)
sehingga berdampak negatif pada organisme (alias organisasi/perusahaan).
Gambar 5 Model epidemiologi
Pencegahan kecelakaan jika mengadopsi model epidemiologi
berkonsentrasi pada pengawasan deviasi kinerja dan memahami penyebab laten
suatu kecelakaan.
James Reason (1990) yang mengadopsi model epidemiologi,
meneliti mekanisme kesalahan manusia dari sisi psikologi. Dia menemukan ada dua
tipe error/salah: aktif dan laten.
Kesalahan aktif (active error) dapat
langsung dirasakan dampaknya, sedangkan kesalahan laten (latent error) cenderung dormant
(tersembunyi, tidur) di dalam sistem sampai kemudian bergabung/berkombinasi
dengan faktor lain, menembus sistem perlindungan.
Model yang dikembangkan Reason dikenal umum sebagai model
keju Swiss (Swiss cheese model).
Gambar 6 Model keju Swiss
Tidak seperti Heinrich dan Bird-Germain, Reason tidak
memerikan lubang atau lapisan-lapisan keju yang ada mewakili faktor/elemen apa
saja. Model ini membiarkan para praktisi K3 menginvestigasi faktor-faktor di dalam
organisasi yang paling tepat mewakili lubang atau lapisan keju pada kecelakaan yang
dihadapi.
Di tahun 2000an, muncul dua model kecelakaan yang menjelaskan
fenomena kecelakaan pada sistem dan organisasi kerja yang sangat kompleks
akibat perkembangan teknologi dewasa ini. Dua model kecelakaan ini masuk ke
dalam kategori kompleks non linier: The
Systems-Theoretic Accident Model and Process (STAMP), dan The Functional Resonance Accident Model
(FRAM).
STAMP diperkenalkan oleh Nancy Levenson (2004). Model
investigasi kecelakaan yang mempergunakan STAMP memfokuskan pada pertanyaan
mengapa kontrol yang ada gagal untuk mendeteksi atau mencegah perubahan yang
pada akhirnya menyebabkan kecelakaan. Namun, model ini kurang mendapat
penerimaan yang luas pada praktisi K3.
FRAM dikembangkan oleh Erik Hollnagel (2004). Model FRAM
ini mempergunakan perspektif tiga dimensi dalam melihat kecelakaan. Ia
menganggap tekanan (manusia, teknologi, kondisi laten, barrier) tidak bergabung secara linier dengan mudah untuk dapat
mengakibatkan kecelakaan.
Kecelakaan, menurut FRAM, terjadi akibat sistem tidak
mampu menoleransi variasi ketika bekerja normal.
Gambar 7 Functional Resonance Accident
Model
Dengan demikian banyak model-model kecelakaan yang telah
berkembang, muncul pertanyaan, model mana yang paling berguna? Yang manakah
yang akan kita pergunakan? Apakah harus kita tinggalkan model-model yang masih
linier dan harus segera beralih ke konsep yang kompleks non linier?
Sebagai praktisi K3, pemahaman atas perkembangan keilmuan
ini diperlukan untuk dapat memberikan kita pola pikir dan konsep yang lebih
matang dalam melihat kecelakaan.
Kita menyadari bahwa organisasi/perusahaan saat ini lebih
rumit dalam konteks sistem sosial dan teknik. Namun kita perlu juga melihat
aspek kepraktisan penerapan pilihan model kecelakaan yang tersedia.
Model kecelakaan yang teranyar belum tentu dapat
diterapkan dengan lebih baik. STAMP misalnya, masih sedikit penerimanya
dibandingkan model keju Swiss yang sudah 27 tahun lalu diperkenalkan.
Aspek lingkungan kerja atau organisasi juga perlu
mempertimbangkan, apakah bisa membatasi pemakaian model kecelakaan terbaru.
Karenanya, dibutuhkan evaluasi kritis dan pemahaman yang
benar terhadap model kecelakaan yang ada, apakah sudah cukup praktis/tidak
terlalu rumit untuk diterapkan, dan apakah model tersebut sesuai dengan kondisi
lapangan serta analisa data yang sudah ada.
Praktisi K3 juga perlu mengerti perbedaan antara model
kecelakaan dan metode investigasi yang bisa jadi merujuk kepada teori model.
Misalnya, model urutan kejadian, menjadi dasar dari formulir investigasi
kecelakaan event tree dan fault tree analysis. Metode investigasi Incident Cause Analysis Method (ICAM)
yang dikembangkan dari model keju Swiss. Juga metode functional resonance analysis yang jelas mengekor dari ke functional resonance accident model.
Sebagai penutup, semoga pemahaman penyebab kecelakaan dan
macam-macam model kecelakaan ini bisa semakin meningkatkan efektifitas program
pencegahan kecelakaan di tempat kerja dan mencegah terulangnya kecelakaan yang
telah terjadi, seperti tujuan utama pengembangannya.
---000---
Referensi: Safety Institute of Australia. OHS Body of Knowledge, Models of Causation. 2012. Victoria,
Australia
Swiss cheese model itu apakah bisa disebut safety barrriers concept?
BalasHapusSwiss cheese biasanya disebut juga dengan defense in depth
Hapus