Oleh: Syamsul
Arifin, SKM. MKKK.
Kecelakaan kereta, pesawat
terbang, dan kebakaran di kilang minyak memiliki penyebab fisik yang sangat
berbeda. Tetapi, di tingkat organisasi dan budaya perusahaan, akar penyebab kejadian
kecelakaan tersebut, secara mengejutkan dan menyedihkan, sangatlah serupa.
Pemotongan anggaran yang tidak
dipikirkan dengan matang, paket bonus atau pemberian hadiah yang mengalihkan
fokus perhatian dari keselamatan operasi, gagal mempertimbangkan implikasi
keselamatan akibat perubahan organisasi –semua hal itu secara kontinu ditemukan
sebagai kontributor utama kecelakaan.
Karena penyelidikan kecelakaan
konsisten dengan gambaran penyebab organisasional dan budaya yang seperti hal
tersebut di atas, manfaat yang bisa kita dapat dari hasil investigasi sepertinya
menjadi semakin kecil saja.
Maka dari itu, ada cara lain
yang bisa kita harapkan dapat mencegah kejadian tidak diinginkan, yaitu dengan
mempelajari organisasi atau perusahaan berisiko tinggi yang tidak mengalami
kecelakaan –yang akan kita sebut sebagai organisasi dengan kehandalan tinggi/high reliability organisation.
Istilah organisasi dengan
kehandalan tinggi/High Reliability
Organisation (HRO) muncul tahun 1980an ketika sekelompok peneliti lintas
keilmuan di Universitas California Berkeley mengamati bahwa sudah banyak
penelitian terhadap organisasi yang mengalami bencana atau kecelakaan serius,
tapi sangat minim ada penelitian yang mengkaji organisasi yang meskipun
beroperasi dengan teknologi dan tingkat bahaya yang tinggi, namun tetap dapat
beroperasi tanpa mengalami kegagalan.
Ketiga organisasi yang ketika
itu diteliti peneliti Berkeley yaitu pengontrol lalu lintas udara/Air Traffic Controller (ATC) penerbangan
sipil, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan kapal induk bertenaga nuklir.
Organisasi dengan kehandalan
tinggi yaitu organisasi yang jika terjadi kegagalan atau kecelakaan akan
memiliki dampak yang luas dan konsekuensi bencana. Organisasi tersebut umumnya
memiliki dua karakteristik utama.
Pertama, memiliki interaksi
yang kompleks (interactive complexity),
yaitu organisasi yang interaksi antar komponen sistemnya tidak dapat diprediksi
dan/atau tidak terlihat. Kedua, memiliki keterikatan yang ketat (tight coupling), yaitu organisasi dengan
tingkat ketergantungan yang tinggi antar komponen, termasuk di antarnya elemen
orang, peralatan, dan prosedur.
Apa yang dapat kita pelajari dari
organisasi HRO dalam usaha pencegahan kecelakaan mereka? Apa yang telah mereka
lakukan sehingga dapat beroperasi secara selamat?
Health Safety Executive
Inggris dalam laporan yang menganalisis 37 hasil penelitian mengenai HRO meringkas
lima ciri unggul organisasi dengan kehandalan tinggi.
Pertama, berhasil menjaga dari kejadian yang tidak terduga. Hal ini dicapai
dengan beberapa hal, diantaranya yaitu memiliki sistem cadangan jikalau terjadi
kejadian kegagalan dan melakukan pemeriksaan silang terhadap keputusan penting
(redudancy).
Di samping itu juga, HRO mengizinkan
pekerja yang ahli, tanpa memandang tingkat jabatannya untuk mengambil keputusan
penting terkait keselamatan dalam kondisi darurat, yang dalam operasi rutin
memiliki kejelasan struktur hirarki dan memahami siapa yang bertanggung jawab
untuk apa (beralih ke para ahli dalam kondisi darurat, berubah dari struktur
yang hierarkis ke struktur yang datar).
Dan berinvestasi dalam
pelatihan atau kompetensi teknis; serta memiliki prosedur yang jelas
terdefinisi untuk menghadapi seluruh kejadian yang tidak terduga.
Kedua, memiliki antisipasi efektif terhadap potensi kegagalan. Hal ini
dicapai melalui beberapa langkah, di antaranya yaitu keterlibatan yang tinggi
pada pekerja di lini lapangan agar memiliki gambaran besar operasi (sensitivity to operation);
Juga perhatian terhadap signal
kecil yang mengindikasikan potensi masalah dalam organisasi dan mempergunakan
data kecelakaan dan hampir celaka (near
miss) sebagai indikator kesehatan sistem organisasi (preoccupation with failure).
Serta melakukan pengumpulan
serta analisis semua signal peringatan secara sistematis tanpa memperdulikan
seberapa kecilnya hal tersebut, dan menghindari asumsi dalam memandang potensi
bencana. Penjelasan mengenai penyebab kecelakaan cenderung ke aspek sistemik
ketimbang fokus pada individu atau menyalahkan operator (reluctance to simplify).
Ketiga, budaya yang adil (just culture).
Aspek ini terdiri dari beberapa komponen, di antaranya yaitu membangun sistem
pelaporan terbuka untuk kecelakaan dan kejadian hampir celaka tanpa takut
mendapat hukuman. Menindak lanjuti laporan investigasi kecelakaan dengan
menerapkan tindakan perbaikan yang direkomendasikan.
Melakukan juga program
pemberdayaan kewenangan pekerja untuk menghentikan pekerjaan jika ada isu
keselamatan, dan membina rasa tanggung jawab pribadi atas keselamatan.
Keempat, berorientasi pada pembelajaran. Terus menerus melakukan pelatihan
teknis; sistematis menganalisis akar penyebab kecelakaan dan kecenderungannya
di dalam organisasi; melakukan komunikasi terbuka terhadap hasil investigasi
kecelakaan; dan memperbaharui prosedur sesuai dengan pengetahuan yang baru
diperoleh.
Kelima, memiliki pemimpin yang penuh kesadaran (mindful leadership). Aspek ini didapat dengan beberapa hal, di antaranya
yaitu melakukan audit proaktif untuk mengidentifikasi masalah di dalam sistem
organisasi (biasanya dilakukan karena ada kecelakaan pada industri yang
serupa).
Pemimpin yang penuh kesadaran
juga memiliki pola komunikasi ‘bottom-up’
terhadap berita buruk; melibatkan pekerja di lini lapangan melalui kunjungan
lapangan; dan berinvestigasi untuk sumber daya keselamatan serta mampu
menyeimbangkan antara keuntungan dengan keselamatan.
Semoga dengan memahami dan
menerapkan beberapa prinsip dasar bagaimana organisasi dengan kehandalan tinggi
berfungsi, kita mampu juga beroperasi dengan lebih produktif dan terhindari
dari bencana kegagalan.
---000---
Penyusun:
Syamsul Arifin, SKM. MKKK.
Praktisi K3LH Indonesia
www.syamsularifin.org
Referensi:
Hopkins, Andrew. Learning from High Reliability Organisations.
2013. Australia
Health and Safety Executive. High reliability organisations, a review of
the literature. 2011. Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar