Setiap manusia mau sukses. Tapi apa sebenarnya kesuksesan
itu?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kesuksesan
sebagai keberhasilan atau keberuntungan; kamus Oxford mendefinisikan sukses
sebagai the accomplishment of an aim or
purpose (tercapainya suatu tujuan); sedang kamus Merriam-Webster memberikan
salah satu definisi sukses yaitu favorable
or desired outcome; also: the attainment
of wealth, favor, or eminence (hasil akhir yang disukai, bisa berupa
tercapainya kesejahteraan, kebaikan, atau kedudukan).
Zig Ziglar, dalam bukunya Born to Win mengatakan bahwa
sukses tidak bisa didefinisikan dalam satu kalimat, tapi bisa berupa banyak
hal.
Saya sepakat, bahwa memang sulit mendefinisikan makna
kesuksesan. Setiap pribadi bisa beragam dalam menginterpretasikan suksesnya
masing-masing. Karena itu, bisa jadi tidak ada satu definisi sukses yang cocok untuk
semua orang.
Namun, penulis coba membuat tingkatan atau tangga-tangga
kesuksesan. Ada 5 tingkat kesuksesan dalam opini saya. Mari kita bahas mulai
dari tangga yang paling bawah.
5. Materi
Ini adalah indikator paling umum yang dipakai kebanyakan
orang. Seberapa besar harta yang dimiliki, seberapa luas tanah, seberapa banyak
kendaraan-uang- perhiasan, seberapa mewah rumah, dan lain sebagainya.
Satuan materi yang dapat dianggap sukses bisa berbeda
bagi setiap orang. Ada yang sudah merasa sukses kalau sudah punya motor, ada
yang kalau sudah punya rumah sendiri/tidak mengontrak baru menganggap dirinya
sukses, dan lain sebagainya.
4. Sosial
rekognisi
Jika sudah memiliki materi yang berlebihan, beberapa
orang tidaklah merasa cukup. Perlu setingkat lebih lagi. Kedudukan.
Maka tidaklah heran, kalau kita melihat banyak orang yang
sudah memiliki harta melimpah, mengejar kedudukan yang diakui oleh masyarakat
atau komunitas. Jabatan tinggi.
Pengakuan sosial menjadi penting. Jabatan publik, pejabat
negara, dan lain sebagainya menjadi target kesuksesan selanjutnya.
3. Jasmani
Sukses secara fisik, menurut saya jauh lebih penting dari
dua kesuksesan yang telah disebutkan sebelumnya.
Banyak orang yang hartanya melimpah, tapi tubuhnya tidak
sehat, jiwanya sakit. Bisa membeli beragam makanan, tapi tidak bisa memakannya,
karena ada pantangan kesehatan misalnya. Kolesterol tinggi menghalanginya
mengecap renyahnya daging bakar; diabetes mencegahnya memakan nasi putih, dan
lain sebagainya.
Oleh sebab itu, sebagian besar orang harus bisa lebih
bersyukur, kalau memiliki tubuh yang sehat. Meskipun dia bisa jadi tidak
memiliki harta yang melimpah ataupun jabatan yang tinggi, tapi tidak ada
penyakit serius dalam tubuhnya yang membatasinya menikmati hidup ditengah
kesederhanaannya, itu sudah bisa dianggap sukses.
2. Family
Kesuksesan yang lebih besar lagi yaitu memiliki keluarga
yang sukses. Seperti apa keluarga yang sukses? Menurut opini saya, keluarga
yang sukses adalah keluarga yang bahagia, tentram. Memiliki pasangan hidup yang
baik, setia, mendukung; memiliki anak-anak yang sehat, tidak bermasalah (tidak
terlibat narkoba, tidak hamil diluar nikah, misalnya), berbakti kepada
orangtua, dan semisalnya.
Inilah kesuksesan yang utama. Mau seberapa banyak harta
terkumpul, mau setinggi langit jabatan dipegang, tapi kalau keluarga
berantakan, apalah artinya.
1. Ruhani
Tingkat tertinggi kesuksesan adalah memiliki ruhani yang
penuh keimanan. Jadi pribadi yang taat, patuh kepada perintah Tuhan dan menjaga
diri dari larangan-Nya. Karena kesuksesan sejati itu bukanlah di dunia ini.
Sebagai bangsa yang menjadikan ketuhanan yang maha esa
sebagai sila pertama prinsip kebangsaannya. Sebagai pribadi yang beriman, yang meyakini
adanya hari akhir/akhirat. Kesuksesan kita adalah ketika kita berada di surga,
dengan Tuhan meridhoi amal perbuatan kita selama di dunia.
Ada yang menyatakan bahwa 1 hari di akhirat setara dengan
1,000 tahun di dunia. Jika diasumsikan umur manusia 63 tahun (di dunia), maka
63 tahun dunia x 1 hari akhirat/ 1,000 tahun dunia = 0,063 hari akhirat x 24 jam = ± 1,5 jam (di akhirat). Seumur
hidup kita di dunia hanya terasa satu setengah jam saja di akhirat.
Padahal nanti setelah meninggal, kita akan berada di alam
kubur, dan selanjutnya akan kekal di akhirat (entah di dalam surga atau di
neraka, hanya ada satu pilihan) tergantung iman dan amal perbuatan.
Maka, adakah yang lebih sukses dari pada hidup kekal di
surga yang penuh dengan kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan hati, tidak
pernah terlihat mata, ataupun didengar telinga? Dan adakah kerugian yang paling
celaka selain hidup kekal di dalam siksa neraka, karena kita telah banyak bergelimang
dosa selama 1,5 jam tidak mampu mengendalikan diri ketika di dunia?
Inilah makna kesuksesan saya, tingkat tertingginya adalah
sukses menjaga keimanan dan keistiqomahan menapaki dunia. Itu saja.
---000---
Balikpapan, 19 Desember 2016
Syamsul Arifin, SKM. MKKK.
Praktisi dan pengajar K3 Balikpapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar