*renungan 17 Agustus-an seorang praktisi K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Apakah mungkin kita akan bisa merdeka dari bahaya di tempat kerja..?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu dipahami bahwa bahaya ada di mana-mana, karena bahaya sederhananya adalah segala sesuatu yang bisa mencederai, membuat sakit/menimbulkan penyakit, atau menyebabkan kerusakan atau kerugian baik bagi pekerja, aset, maupun lingkungan.
Apakah bahaya adalah sesuatu yang pasti menyebabkan cedera, penyakit ataupun kerusakan?
Belum tentu. Karena perlu dilihat beberapa aspek, diantaranya, jenis bahaya apa yang memajan, seberapa besar pajanan (dosis), berapa lama (durasi), seberapa sering (frekuensi), melalui apa pajanannya (route of entry), serta seberapa besar kemungkinan (likelihood) dan seberapa parah (severity) risiko pajanan.
Sehingga, adanya bahaya tidak serta merta menjadikan tempat kerja tidak selamat.
Selamat bukan berarti terbebas 100% dari bahaya. Adalah suatu kemustahilan menghilangkan semua bahaya, baik berupa bahaya fisika, kimia, biologi, ergonomi, psikososial yang ada di tempat kerja.
Bahkan elemen proses pekerjaan, material yang dipergunakan, dan pekerja harus saling berinteraksi di tempat kerja untuk bisa membuat produk, menghasilan jasa, sehingga secara alamiah, ada resiko keselamatan yang dihasilkan.
Jika selamat bukanlah suatu kondisi terbebas dari bahaya, maka apakah definisi dari selamat..?
Karena bahaya pasti ada di manapun, termasuk tempat kerja, maka selamat dapat didefinisikan sebagai keterlindungan dari bahaya.
Seberapa tinggi tingkat pelindung yang kita perlukan supaya dapat dikategorikan selamat dari bahaya? Hal ini tergantung penilaian kita (profesional K3,-red)
Selamat adalah kondisi dimana kita terbebas dari bahaya yang memilik tingkat resiko di atas batas yang dapat diterima (dapat membuat cedera, bisa membuat penyakit, bisa merusak aset/lingkungan) -unacceptable risk.
Sejatinya, manusia, aset dan lingkungan dapat menerima resiko sampai tahap dapat mengembalikan ke kondisi semula tanpa memberikan efek yang tidak diinginkan (reversible health affect). Maka dari itu, dibuatlah patokan Nilai Ambang Batas (NAB), atau TLV (Threshold Limit Value), atau yang semacam itu.
Selama di tempat kerja nilai resiko masih di dalam rentang risiko yang masih dapat di terima (acceptable risk), maka kita dapat mengkategorikan tempat kerja menjadi tempat kerja yang selamat.
Untuk itu, dibutuhkan beberapa proses, diantaranya, identifikasi bahaya, analisa risiko, mitigasi/pengendalian bahaya, dan monitoring berkelanjutan. Ketika proses ini ada dan berjalan dengan baik, maka mungkin baru bisa kita katakan tempat kerja kita telah selamat, meskipun tidak merdeka dari bahaya, tapi tidak apa-apa, yang penting tidak ada bahaya yang tingkat resikonya melebihi ambang batas, sehingga kita bisa bekerja secara selamat, dan mendapatkan imbalan atas pekerjaan yang telah kita lakukan tanpa mencederai, menyakiti diri sendiri/orang lain dan tanpa merusak lingkungan.
Ini baru kemerdekaan yang kita cari dan perlu kita pertahankan. MERDEKA dari kecelakaan/cedera, MERDEKA dari penyakit akibat kerja, dan MERDEKA dari kerusakan lingkungan.
Salam selamat.
---000---
Referensi:
24 September 2017
Postingan terkait
Mari lawan banjir
Belakangan ini, Balikpapan sering diguyur hujan. Ada masalah kronis yang terus berulang jika hujan telah datang, banjir. Tanpa harus menyalahkan pihak manapun, banjir merupakan problema sosial yang harus ditangani secara kelembagaan (pemerintah), komunitas (masyarakat) maupun secara pribadi (keluarga).
Berikut dibahas beberapa langkah yang dapat ditempuh jika rumah kita merupakan salah satu pelanggan setia banjir tahunan.
Langkah pertama, perhatikan diri anda dan keluarga.
Banjir merupakan musibah, banyak perubahan dramastis yang bisa terjadi dalam kehidupan normal kita. Stres/tekanan mental merupakan suatu hal yang hal yang sangat mungkin terjadi.
Jaga keharmonisan keluarga untuk meredam emosi; pastikan anda cukup istirahat dan makan; buat jadwal dan pembagian tugas untuk mengerjakan tugas pembersihan yang akan dilakukan, tidak semua pekerjaan harus dilakukan secara berbarengan; dan perhatikan tanda-tanda stres.
Lindungi anak anda. Dalam banjir, bahaya bisa mengancam mereka, mulai dari bahaya fisik (tenggelam, sakit, keracunan, terinfeksi penyakit biologis maupun kimia) maupun bahaya non fisik (seperti stres, bingung, takut). Jaga kesehatan, terutama untuk bayi, wanita hamil, dan orang tua, pastikan kebersihan personal selalu terjaga (mencuci tangan, ketersediaan kebersihan sumber air minum dan mandi).
Langkah kedua, keringkan dan bersihkan rumah anda.
Banjir dapat mempengaruhi rumah kita melalaui tiga cara: air banjir akan merusak bahan bangunan (dinding, alat listrik/perlistrikan rumah akan mudah korslet dan tidak berfungsi, dan kayu yang digunakan akan melapuk dan membusuk); endapan lumpur dan sampah yang masuk akan membuat kotor dan mengandung bahaya kesehatan; keadaan lembab akan memicu pertumbuhan jamur dan lumut yang akan tumbuh di hampir semua tempat.
Beberapa langkah berikut mungkin dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut: turunkan kelembaban dengan membuka pintu dan jendela rumah, membuka pintu lemari, menggunakan kipas angin, Air Conditioner (AC) dengan mode dehumidifier, dan penggunaan dessicant (bahan yang dapat menyerap kelebihan kelembaban); pastikan juga anda mengeringkan dinding, atap, benda/perabotan yang terbuat dari kayu, dan lantai.
Lantai, dinding, kamar mandi, rak, ataupun isi rumah yang terkena air banjir harus dicuci dan didesinfeksikan secara menyeluruh.
Beberapa peralatan yang perlu kita sediakan dalam melakukan proses ini diantaranya sapu, pel, sikat, busa, ember, selang air, sarung tangan karet, kain lap, produk pembersih dan desinfektan, oli pelumas, kantong sampah, dan pengering rambut.
Pastikan anda telah membaca dan mematuhi label peringatan untuk penggunaan produk pembersih dan desinfektan. Oli pelumas digunakan jika kita akan membersihan mesin atau peralatan yang terendam, bisa digunakan WD-40 dan pengering rambut untuk membantu proses pengeringan air dari mesin.
Sedikit tips saat mengepel. Bersihkan satu persatu ruangan. Penggunaan dua ember bisa lebih efektif dari pada satu ember. Ember pertama untuk membilas kain pel yang digunakan, sedang ember kedua untuk dicampur dengan produk pembersih. Peras kain pel, lalu biarkan tetap berada dalam bentuk gulungan lalu masukan ke ember kedua dan kembangkan agar menyerap air pembersih. Ganti air di ember bilasan secara rutin. Penggunaan dua ember ini dapat mengurangi masuknya air kotor ke dalam larutan pembersih yang digunakan.
Jika memungkinkan, gunakan Alat Perlindungan Diri (APD) saat membersihkan. Gunakan sarung tangan, celana panjang, kaos/baju dengan lengan yang panjang, dan sepatu bot atau sepatu kerja.
Sebelum anda mengutak-atik peralatan listrik yang terendam banjir, pastikan anda memiliki cukup pengetahuan mengenai hal tersebut. Prinsip dasarnya adalah peralatan tersebut harus dibersihkan dan dikeringkan secara menyeluruh, preteli/pisahkan bagian-bagiannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Jika ada stop kontak yang terendam air, pastikan meteran listrik telah mati dan sekering utama telah dicabut. Jangan digunakan sebelum anda yakin bahwa stop kontak telah kering dan sirkuitnya tidak ada yang rusak.
Jika anda menggunakan sumur dan sumur tersebut terendam air banjir, kuras/keringkan terlebih dahulu. Masukan klorin untuk mematikan bakteri yang ada, tunggu sampai sekitar 4 jam, selama itu jangan gunakan air sumur dahulu. Lalu, buka keran dan biarkan air sumur masuk ke perpipaan rumah, biarkan air berada di pipa selama 2-4 jam, selama itu pula, jangan gunakan air tersebut.
Jika anda menggunakan saluran pipa air/PAM dan anda tidak yakin apakah ada kontaminasi pada saluran pipa, gunakan air tersebut hanya untuk membersihkan rumah. Beralihlah pada pengunaan air gallon/kemasan, atau masaklah air sampai mendidih.
Hati-hati jika menggunakan generator agar tidak keracunan Karbon Monoksida (CO). Banjir dapat menyebabkan terputusnya sambungan listrik. Beberapa orang menggunakan generator untuk mensuplai listrik saat membersihkan rumah setelah banjir.
Gas buangan (exhaust) yang dihasilkan generator dapat membunuh kita dalam waktu beberapa menit jika kita menghirupnya. Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwana dan tidak berbau yang dapat menyebabkan kematian dalam konsentrasi yang tinggi.
Letakkan generator di luar rumah dan jauhkan dari bangunan. Jangan menggunakan generator di dalam rumah atau garasi. Jangan meletakan generator di balkon atau dekat dengan pintu, lubang ventilasi ataupun jendela. Jangan pula meletakkan generator dekat dengan orang yang tidur.
Langkah ketiga, membangun kembali dan menjadikan sebagai rumah tahan banjir.
Ada lima bentuk/metode rumah tahan banjir: pemindahan/relokasi, peningkatan/meninggikan, dinding penahan banjir, rumah tahan banjir tipe kering, dan rumah tahan banjir tipe basah.
Jika rumah anda mengalami kerusakan yang berat, mungkin anda perlu mempertimbangkan relokasi dari pada membangunnya dari awal, karena hal itu akan lebih murah, cepat, dan lebih cerdas. Namun jika anda ingin membangun kembali, pastikan anda membuatnya menjadi rumah yang tahan banjir.
Beberapa rumah dapat ditinggikan sehingga dasar lantainya berada di atas tingkat air saat banjir. Peninggian atau pemindahan rumah merupakan solusi yang baik dilakukan jika daerah anda sering dilanda banjir yang dalam (> 2 meter).
Dinding penahan banjir atau tanggul dibentuk untuk menghindari masuknya air banjir ke dalam rumah. Dibangun dengan ukuran yang lebih tinggi dari tingkat air yang biasa melanda daerah anda.
Dinding penahan banjir biasa terbuat dari beton/semen, sedang tanggul dibuat dari tanah yang dimasukan ke dalam karung, atau tanah yang ditumpuk. Dinding penahan banjir atau tanggul dapat dibuat mengelilingi rumah atau terhubung dengan dataran yang lebih tinggi. Mereka juga bisa digunakan untuk memberikan kekuatan pada dinding bangunan. Metode ini tepat jika digunakan pada daerah yang tingkat air banjirnya kurang dari 1 meter.
Rumah tahan banjir tipe kering adalah dengan melapisi/merapatkan bangunan rumah agar air banjir tidak dapat masuk. Semua ruangan yang berada di bawah tingkat air banjir dibuat kedap air.
Rumah tahan banjir tipe basah adalah memodifikasi rumah sehingga air banjir hanya akan membuat kerusakan yang minim terhadap bangunan ataupun isinya. Air banjir bisa masuk ke dalam rumah untuk mengurangi tekanan air pada dinding bagian luar. Anda harus mendekorasi ruangan yang akan terkena air banjir dengan furnitur/perabotan rumah yang dapat dengan mudah dipindah-pindahkan sebelum banjir. Benda yang sulit dipindahkan seperti rak buku atau buffet/lemari hiasan bisa dibuatkan panggung/dudukan yang cukup tinggi atau diletakan di lantai dua rumah.
Langkah keempat, bersiap untuk banjir susulan.
Selain langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya (membangun kembali dan menjadikannya sebagai rumah tahan banjir); anda pun mungkin bisa mempertimbangkan memiliki asuransi bencana yang akan melindungi saat banjir (perlindungan finansial); membuat rencana tanggap darurat banjir di rumah; dan berpartisipasi dalam program masyarakat untuk mencegah banjir.
Rencana tanggap darurat banjir akan sangat membantu untuk memperhatikan detail yang harus dilakukan. Saat menulis rencana tanggap darurat, pastikan seluruh anggota keluarga mengerti prosedur tersebut. Buatlah dalam bentuk tertulis agar setiap orang dapat mengingat dengan mudah saat terjadi kepanikan dan ketergesa-gesaan ketika banjir melanda.
Identifikasi kerabat, teman, atau tempat dimana anda dapat berlindung/bernaung jika akan mengungsi. Uji cobalah jalan/jalur menuju tempat tersebut untuk memastikan bahwa saat banjir, jalur tersebut tidak akan tergenang banjir sehingga tidak dapat dilewati.
Menjaga agar saluran air atau sungai tidak tersumbat merupakan hal yang penting. Sampah dan kotoran yang menyumbat selokan dapat dengan mudah dibersihkan jika semua anggota masyarakat berpartisipasi dalam program kerja bakti. Selain akan membuat air dapat dengan mudah tersalurkan saat banjir, lingkungan juga akan menjadi lebih bersih dan lebih sehat.
Semoga dengan menerapkan beberapa langkah di atas, kita bisa ‘melawan’ atau mengantisipasi bencana banjir, dan terhindari dari kerugian yang besar.
---000---
Referensi:
Berikut dibahas beberapa langkah yang dapat ditempuh jika rumah kita merupakan salah satu pelanggan setia banjir tahunan.
Langkah pertama, perhatikan diri anda dan keluarga.
Banjir merupakan musibah, banyak perubahan dramastis yang bisa terjadi dalam kehidupan normal kita. Stres/tekanan mental merupakan suatu hal yang hal yang sangat mungkin terjadi.
Jaga keharmonisan keluarga untuk meredam emosi; pastikan anda cukup istirahat dan makan; buat jadwal dan pembagian tugas untuk mengerjakan tugas pembersihan yang akan dilakukan, tidak semua pekerjaan harus dilakukan secara berbarengan; dan perhatikan tanda-tanda stres.
Lindungi anak anda. Dalam banjir, bahaya bisa mengancam mereka, mulai dari bahaya fisik (tenggelam, sakit, keracunan, terinfeksi penyakit biologis maupun kimia) maupun bahaya non fisik (seperti stres, bingung, takut). Jaga kesehatan, terutama untuk bayi, wanita hamil, dan orang tua, pastikan kebersihan personal selalu terjaga (mencuci tangan, ketersediaan kebersihan sumber air minum dan mandi).
Langkah kedua, keringkan dan bersihkan rumah anda.
Banjir dapat mempengaruhi rumah kita melalaui tiga cara: air banjir akan merusak bahan bangunan (dinding, alat listrik/perlistrikan rumah akan mudah korslet dan tidak berfungsi, dan kayu yang digunakan akan melapuk dan membusuk); endapan lumpur dan sampah yang masuk akan membuat kotor dan mengandung bahaya kesehatan; keadaan lembab akan memicu pertumbuhan jamur dan lumut yang akan tumbuh di hampir semua tempat.
Beberapa langkah berikut mungkin dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut: turunkan kelembaban dengan membuka pintu dan jendela rumah, membuka pintu lemari, menggunakan kipas angin, Air Conditioner (AC) dengan mode dehumidifier, dan penggunaan dessicant (bahan yang dapat menyerap kelebihan kelembaban); pastikan juga anda mengeringkan dinding, atap, benda/perabotan yang terbuat dari kayu, dan lantai.
Lantai, dinding, kamar mandi, rak, ataupun isi rumah yang terkena air banjir harus dicuci dan didesinfeksikan secara menyeluruh.
Beberapa peralatan yang perlu kita sediakan dalam melakukan proses ini diantaranya sapu, pel, sikat, busa, ember, selang air, sarung tangan karet, kain lap, produk pembersih dan desinfektan, oli pelumas, kantong sampah, dan pengering rambut.
Pastikan anda telah membaca dan mematuhi label peringatan untuk penggunaan produk pembersih dan desinfektan. Oli pelumas digunakan jika kita akan membersihan mesin atau peralatan yang terendam, bisa digunakan WD-40 dan pengering rambut untuk membantu proses pengeringan air dari mesin.
Sedikit tips saat mengepel. Bersihkan satu persatu ruangan. Penggunaan dua ember bisa lebih efektif dari pada satu ember. Ember pertama untuk membilas kain pel yang digunakan, sedang ember kedua untuk dicampur dengan produk pembersih. Peras kain pel, lalu biarkan tetap berada dalam bentuk gulungan lalu masukan ke ember kedua dan kembangkan agar menyerap air pembersih. Ganti air di ember bilasan secara rutin. Penggunaan dua ember ini dapat mengurangi masuknya air kotor ke dalam larutan pembersih yang digunakan.
Jika memungkinkan, gunakan Alat Perlindungan Diri (APD) saat membersihkan. Gunakan sarung tangan, celana panjang, kaos/baju dengan lengan yang panjang, dan sepatu bot atau sepatu kerja.
Sebelum anda mengutak-atik peralatan listrik yang terendam banjir, pastikan anda memiliki cukup pengetahuan mengenai hal tersebut. Prinsip dasarnya adalah peralatan tersebut harus dibersihkan dan dikeringkan secara menyeluruh, preteli/pisahkan bagian-bagiannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Jika ada stop kontak yang terendam air, pastikan meteran listrik telah mati dan sekering utama telah dicabut. Jangan digunakan sebelum anda yakin bahwa stop kontak telah kering dan sirkuitnya tidak ada yang rusak.
Jika anda menggunakan sumur dan sumur tersebut terendam air banjir, kuras/keringkan terlebih dahulu. Masukan klorin untuk mematikan bakteri yang ada, tunggu sampai sekitar 4 jam, selama itu jangan gunakan air sumur dahulu. Lalu, buka keran dan biarkan air sumur masuk ke perpipaan rumah, biarkan air berada di pipa selama 2-4 jam, selama itu pula, jangan gunakan air tersebut.
Jika anda menggunakan saluran pipa air/PAM dan anda tidak yakin apakah ada kontaminasi pada saluran pipa, gunakan air tersebut hanya untuk membersihkan rumah. Beralihlah pada pengunaan air gallon/kemasan, atau masaklah air sampai mendidih.
Hati-hati jika menggunakan generator agar tidak keracunan Karbon Monoksida (CO). Banjir dapat menyebabkan terputusnya sambungan listrik. Beberapa orang menggunakan generator untuk mensuplai listrik saat membersihkan rumah setelah banjir.
Gas buangan (exhaust) yang dihasilkan generator dapat membunuh kita dalam waktu beberapa menit jika kita menghirupnya. Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwana dan tidak berbau yang dapat menyebabkan kematian dalam konsentrasi yang tinggi.
Letakkan generator di luar rumah dan jauhkan dari bangunan. Jangan menggunakan generator di dalam rumah atau garasi. Jangan meletakan generator di balkon atau dekat dengan pintu, lubang ventilasi ataupun jendela. Jangan pula meletakkan generator dekat dengan orang yang tidur.
Langkah ketiga, membangun kembali dan menjadikan sebagai rumah tahan banjir.
Ada lima bentuk/metode rumah tahan banjir: pemindahan/relokasi, peningkatan/meninggikan, dinding penahan banjir, rumah tahan banjir tipe kering, dan rumah tahan banjir tipe basah.
Jika rumah anda mengalami kerusakan yang berat, mungkin anda perlu mempertimbangkan relokasi dari pada membangunnya dari awal, karena hal itu akan lebih murah, cepat, dan lebih cerdas. Namun jika anda ingin membangun kembali, pastikan anda membuatnya menjadi rumah yang tahan banjir.
Beberapa rumah dapat ditinggikan sehingga dasar lantainya berada di atas tingkat air saat banjir. Peninggian atau pemindahan rumah merupakan solusi yang baik dilakukan jika daerah anda sering dilanda banjir yang dalam (> 2 meter).
Dinding penahan banjir atau tanggul dibentuk untuk menghindari masuknya air banjir ke dalam rumah. Dibangun dengan ukuran yang lebih tinggi dari tingkat air yang biasa melanda daerah anda.
Dinding penahan banjir biasa terbuat dari beton/semen, sedang tanggul dibuat dari tanah yang dimasukan ke dalam karung, atau tanah yang ditumpuk. Dinding penahan banjir atau tanggul dapat dibuat mengelilingi rumah atau terhubung dengan dataran yang lebih tinggi. Mereka juga bisa digunakan untuk memberikan kekuatan pada dinding bangunan. Metode ini tepat jika digunakan pada daerah yang tingkat air banjirnya kurang dari 1 meter.
Rumah tahan banjir tipe kering adalah dengan melapisi/merapatkan bangunan rumah agar air banjir tidak dapat masuk. Semua ruangan yang berada di bawah tingkat air banjir dibuat kedap air.
Rumah tahan banjir tipe basah adalah memodifikasi rumah sehingga air banjir hanya akan membuat kerusakan yang minim terhadap bangunan ataupun isinya. Air banjir bisa masuk ke dalam rumah untuk mengurangi tekanan air pada dinding bagian luar. Anda harus mendekorasi ruangan yang akan terkena air banjir dengan furnitur/perabotan rumah yang dapat dengan mudah dipindah-pindahkan sebelum banjir. Benda yang sulit dipindahkan seperti rak buku atau buffet/lemari hiasan bisa dibuatkan panggung/dudukan yang cukup tinggi atau diletakan di lantai dua rumah.
Langkah keempat, bersiap untuk banjir susulan.
Selain langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya (membangun kembali dan menjadikannya sebagai rumah tahan banjir); anda pun mungkin bisa mempertimbangkan memiliki asuransi bencana yang akan melindungi saat banjir (perlindungan finansial); membuat rencana tanggap darurat banjir di rumah; dan berpartisipasi dalam program masyarakat untuk mencegah banjir.
Rencana tanggap darurat banjir akan sangat membantu untuk memperhatikan detail yang harus dilakukan. Saat menulis rencana tanggap darurat, pastikan seluruh anggota keluarga mengerti prosedur tersebut. Buatlah dalam bentuk tertulis agar setiap orang dapat mengingat dengan mudah saat terjadi kepanikan dan ketergesa-gesaan ketika banjir melanda.
Identifikasi kerabat, teman, atau tempat dimana anda dapat berlindung/bernaung jika akan mengungsi. Uji cobalah jalan/jalur menuju tempat tersebut untuk memastikan bahwa saat banjir, jalur tersebut tidak akan tergenang banjir sehingga tidak dapat dilewati.
Menjaga agar saluran air atau sungai tidak tersumbat merupakan hal yang penting. Sampah dan kotoran yang menyumbat selokan dapat dengan mudah dibersihkan jika semua anggota masyarakat berpartisipasi dalam program kerja bakti. Selain akan membuat air dapat dengan mudah tersalurkan saat banjir, lingkungan juga akan menjadi lebih bersih dan lebih sehat.
Semoga dengan menerapkan beberapa langkah di atas, kita bisa ‘melawan’ atau mengantisipasi bencana banjir, dan terhindari dari kerugian yang besar.
---000---
Referensi:
- Federal Emergency Management Agency (FEMA) and the American Red Cross. 2012. Repairing Your Flooded Home. Maryland, United States
- Environmental Protection Agency (EPA). 2007. Flood Clean Up and the Air in Your Home. Washington, United States
- Environmental Protection Agency (EPA). 2012. Flood Cleanup - Avoiding Indoor Air Quality Problems. Washington, United States
- American Lung Association. Flood Clean Up Fact Sheet. Chicago, United States.
Postingan terkait
Mudik Selamat, Selamat Mudik
Lebaran sebentar lagi. Sebagian keluarga mulai mempersiapkan pernak-pernik lebaran berupa ketupat, baju baru, atau mengecat rumah, sedang sebagian keluarga lainnya sudah bersiap mengepak baju untuk menempuh ratusan kilometer menuju kampung halamannya.
Beberapa hal perlu diperhatikan pemudik agar tradisi tahunan menjelang hari raya ini berjalan lancar dan aman.
Tips meninggalkan rumah
Pertama, jangan mudah sharing informasi bahwa anda akan mudik sekeluarga, baik bercerita langsung ke orang-orang maupun posting di sosial media. Apalagi memberikan detail lengkap akan pergi ke mana, alamat rumah, dan periode keluar rumahnya. Info ini bisa dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab untuk mencuri.
Ceritakan hanya kepada orang yang anda percaya semisal tetangga dekat, ketua RT, atau satpam lingkungan. Mintalah mereka sesekali mengecek kondisi rumah ketika ada bepergian.
Kedua, untuk menghindari bahaya kebakaran, pastikan peralatan listrik (AC, TV, kulkas, dispenser, charger handphone, dll) dalam keadaan mati. Cabut kabel perangkat dari stop kontak guna memastikan. Cabut regulator gas dari tabung gas.
Ketiga, pasang sensor otomatis untuk lampu di teras. Ada beberapa tipe sensor lampu, ada yang diaktifkan dengan pengaturan waktu, ada juga yang aktif jika pencahayaan kurang/sudah malam. Hal ini bermanfaat sehingga orang tidak tahu tidak ada orang di rumah, kerena ketika siang hari lampu teras akan mati dan ketika malam hari lampu akan otomatis menyala.
Keempat, pastikan pintu, jendela, garasi terkunci rapat. Jika diperlukan, pasang kunci pengaman tambahan.
Tips selama perjalanan
Pertama, perhatikan kondisi tubuh, terutama jika bepergian bersama kelompok rentan seperti bayi, wanita hamil, dan lansia. Perjalanan panjang membutuhkan kondisi fit. Pastikan cukup istirahat sebelum bepergian.
Bawa obat-obatan pribadi, bekal makanan, dan pastikan keluarga cukup minum untuk menghindari dehidrasi. Jika membawa kendaraan sendiri, atur irama perjalanan, berhentilah ketika letih/mengantuk, jangan memaksakan diri. Disarankan anda beristirahat setiap 4 jam.
Kedua, jaga keselamatan keluarga dan barang bawaan. Tidak menutup kemungkinan ada copet yang memanfaatkan kesibukan anda mengelola barang bawaan dan keluarga. Pastikan dompet dan barang berharga selalu dalam pengawasan. Pastikan anak-anak terutama yang kecil, selalu dalam pengawasan untuk menghindari tercecer dan hilang di tengah keramaian.
Ketiga, jika berencana membawa kendaraan pribadi, periksa kondisi kendaraan sebelum berangkat. Ada baiknya membawa kendaraan ke bengkel untuk pemeriksaan menyeluruh sebelum bepergian.
Pastikan spare-part kendaraan (misalnya ban cadangan) tersedia, dokumen kendaraan lengkap, dan bahan bakar terisi penuh untuk menghindari mogok di tengah kemacetan.
Patuhi rambu lalu-lintas, hindari melawan arus dan melebihi batas kecepatan berkendara. Perhatikan kondisi jalan; berkendaralah lebih hati-hati ketika infrastruktur jalan rusak, lampu penerangan jalan kurang, atau kondisi hujan.
Keempat, jaga motivasi/semangat keluarga ketika mudik. Tidak jarang kemacetan yang panjang, antrian yang mengular, menurunkan emosi. Jaga dengan selalu melihat sisi positif bisa bepergian menghabiskan waktu bersama keluarga-mengunjungi anggota keluarga lainnya, dan siapkan hiburan (bacaan, mainan, camilan, dan tetap bergembira) selama perjalanan.
Terakhir, berdoalah. Semoga Allah menjaga harta yang anda tinggalkan, dan menjadikan perjalanan anda lancar dan menyenangkan.
Selamat mudik, semoga mudiknya selamat.
---000---
Referensi:
Beberapa hal perlu diperhatikan pemudik agar tradisi tahunan menjelang hari raya ini berjalan lancar dan aman.
Tips meninggalkan rumah
Pertama, jangan mudah sharing informasi bahwa anda akan mudik sekeluarga, baik bercerita langsung ke orang-orang maupun posting di sosial media. Apalagi memberikan detail lengkap akan pergi ke mana, alamat rumah, dan periode keluar rumahnya. Info ini bisa dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab untuk mencuri.
Ceritakan hanya kepada orang yang anda percaya semisal tetangga dekat, ketua RT, atau satpam lingkungan. Mintalah mereka sesekali mengecek kondisi rumah ketika ada bepergian.
Kedua, untuk menghindari bahaya kebakaran, pastikan peralatan listrik (AC, TV, kulkas, dispenser, charger handphone, dll) dalam keadaan mati. Cabut kabel perangkat dari stop kontak guna memastikan. Cabut regulator gas dari tabung gas.
Ketiga, pasang sensor otomatis untuk lampu di teras. Ada beberapa tipe sensor lampu, ada yang diaktifkan dengan pengaturan waktu, ada juga yang aktif jika pencahayaan kurang/sudah malam. Hal ini bermanfaat sehingga orang tidak tahu tidak ada orang di rumah, kerena ketika siang hari lampu teras akan mati dan ketika malam hari lampu akan otomatis menyala.
Keempat, pastikan pintu, jendela, garasi terkunci rapat. Jika diperlukan, pasang kunci pengaman tambahan.
Tips selama perjalanan
Pertama, perhatikan kondisi tubuh, terutama jika bepergian bersama kelompok rentan seperti bayi, wanita hamil, dan lansia. Perjalanan panjang membutuhkan kondisi fit. Pastikan cukup istirahat sebelum bepergian.
Bawa obat-obatan pribadi, bekal makanan, dan pastikan keluarga cukup minum untuk menghindari dehidrasi. Jika membawa kendaraan sendiri, atur irama perjalanan, berhentilah ketika letih/mengantuk, jangan memaksakan diri. Disarankan anda beristirahat setiap 4 jam.
Kedua, jaga keselamatan keluarga dan barang bawaan. Tidak menutup kemungkinan ada copet yang memanfaatkan kesibukan anda mengelola barang bawaan dan keluarga. Pastikan dompet dan barang berharga selalu dalam pengawasan. Pastikan anak-anak terutama yang kecil, selalu dalam pengawasan untuk menghindari tercecer dan hilang di tengah keramaian.
Ketiga, jika berencana membawa kendaraan pribadi, periksa kondisi kendaraan sebelum berangkat. Ada baiknya membawa kendaraan ke bengkel untuk pemeriksaan menyeluruh sebelum bepergian.
Pastikan spare-part kendaraan (misalnya ban cadangan) tersedia, dokumen kendaraan lengkap, dan bahan bakar terisi penuh untuk menghindari mogok di tengah kemacetan.
Patuhi rambu lalu-lintas, hindari melawan arus dan melebihi batas kecepatan berkendara. Perhatikan kondisi jalan; berkendaralah lebih hati-hati ketika infrastruktur jalan rusak, lampu penerangan jalan kurang, atau kondisi hujan.
Keempat, jaga motivasi/semangat keluarga ketika mudik. Tidak jarang kemacetan yang panjang, antrian yang mengular, menurunkan emosi. Jaga dengan selalu melihat sisi positif bisa bepergian menghabiskan waktu bersama keluarga-mengunjungi anggota keluarga lainnya, dan siapkan hiburan (bacaan, mainan, camilan, dan tetap bergembira) selama perjalanan.
Terakhir, berdoalah. Semoga Allah menjaga harta yang anda tinggalkan, dan menjadikan perjalanan anda lancar dan menyenangkan.
Selamat mudik, semoga mudiknya selamat.
---000---
Referensi:
- http://theurbanmama.com/articles/tips-aman-meninggalkan-rumah-saat-mudik-lebaran.html
- http://nasional.kompas.com/read/2014/07/15/17105101/Ini.Tips.Aman.Meninggalkan.Rumah.Saat.Mudik
- http://www.inicaraku.com/8-tips-aman-meninggalkan-rumah-saat-mudik-lebaran.html
- https://geotimes.co.id/5-penyebab-utama-kecelakaan-saat-mudik/
- http://www.yudhe.com/10-tips-aman-dan-nyaman-perjalanan-mudik-lebaran/
Postingan terkait
Ramadhan, titik awal berhenti merokok
31 Mei lalu diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia atau World No Tobacco Day. World Health Organization (WHO) mengambil tema “tembakau – ancaman perkembangan (bangsa)” untuk perayaan tahun ini.
Direktur umum WHO, Dr Margaret Chan mengatakan bahwa tembakau memperbesar kemiskinan, menurunkan produktifitas ekonomi, berkontribusi pada pilihan makan di keluarga miskin (lebih memilih rokok ketimbang makanan sehat-bergizi), dan mencemari udara dalam ruangan.
Parahnya, untuk konsumsi rokok, Indonesia menempati ranking tertinggi (pertama) se-negara di ASEAN dengan rata-rata konsumsi sebanyak 1,322 batang per orang per tahun.
Yang menyedihkan, konsumsi rokok di keluarga miskin jauh lebih besar dibandingkan pengeluaran penting lainnya semisal untuk pendidikan, kesehatan, telur, susu, dan daging.
Survei keluarga nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 menunjukkan bahwa pengeluaran untuk rokok 5 kali lebih besar dari pengeluaran untuk telur dan susu, 6,5 kali lebih besar dari biaya pendidikan, 6,5 kali lebih besar dari biaya kesehatan, dan 9 kali lebih besar dari pengeluaran untuk konsumsi daging!
Sepertinya orang miskin lebih memilih ‘makan’ rokok ketimbang makan daging?
Ada yang berkata bahwa dengan merokok, kita membantu meningkatkan ekonomi petani tembakau dan meningkatkan pendapatan negara? Faktanya, data Kementerian Kesehatan menunjukkan, meski negara menerima cukai rokok sebesar Rp. 55 triliun (tahun 2010), pengeluaran makro akibat rokok jauh lebih besar, mencapai Rp. 245,41 triliun (pembelian rokok 138 triliun, hilangnya produktifitas akibat cacat di usia muda 105,3 triliun, dan pengeluaran perawatan medis 2,11 triliun). Data ini menunjukkan bahwa kerugian akibat rokok lebih besar dari manfaat ekonomi yang dihasilkan.
Sudibyo Markus, Direktur Indonesia Institute for Social Development mengatakan bahwa orang terkaya nomor 1 dan 2 di Indonesia adalah pemilik industri rokok, sementara hidup petani tembakau terseok-seok; komoditas tembakau yang dihasilkan oleh petani justru dinikmati oleh industri rokok besar.
Penelitian mengenai kondisi petani tembakau di Indonesia yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas (LD-FEUI) bekerjasama dengan Tobacco Control Support Center (TCSC) atau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) juga menunjukkan bahwa kondisi petani tembakau menunjukkan informasi yang memprihatinkan.
Upah buruh tani tembakau yang diterima lebih rendah dari rata-rata upah nasional. Rata-rata upah harian buruh tani tembakau sebesar Rp 15.899 per hari atau sekitar Rp 413.374 perbulan dengan asumsi 26 hari kerja.
Bahkan hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 65% responden buruh tani tembakau menyatakan ingin mencari pekerjaan lain. 64% nya menyatakan ingin beralih ke usaha lain seandainya ada usaha lain dengan keuntungan lebih besar atau minimal sama.
Saya tidak akan menjelaskan mengenai bahaya merokok, kandungan racun yang ada dalam sebatang rokok, efek buruknya bagi kesehatan, dan kerugian ekonomi yang didapat dari pilihan merokok, yang akan saya ungkapkan selanjutnya adalah himbauan untuk memanfaatkan momentum puasa di bulan Ramadhan untuk memulai langkah awal menghentikan kebiasaan buruk, merokok.
Secara bahasa, puasa berarti “menahan”, sedang secara istilah, puasa berarti “menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga matahari terbenam, dengan disertai niat”. Salah satu yang dapat membatalkan puasa adalah merokok.
Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., MA. menjelaskan, seluruh ulama sepakat bahwa menghisap rokok bila dilakukan pada siang hari Ramadhan, maka hal itu membatalkan puasa.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menasihati, bulan Ramadhan adalah waktu tepat bagi orang yang memiliki tekad kuat untuk meninggalkan rokok yang jelek dan bisa mendatangkan bahaya.
Waktu ini adalah kesempatan yang baik untuk meninggalkan rokok karena sepanjang siang, seseorang harus menahan diri dari hal tersebut. Sedangkan di malam hari, dia bisa menghibur diri dengan hal-hal yang mubah seperti makan, minum, jalan-jalan ke masjid, atau berkunjung ke majelis orang sholih.
Untuk meninggalkan kebiasaan merokok, seseorang juga hendaknya menjauhkan diri dari para pecandu rokok yang bisa mempengaruhi dia untuk merokok lagi.
Apabila seorang pecandu rokok setelah sebulan penuh meninggalkan rokoknya (karena momen puasa yang dia lalui), ini bisa menjadi penolong terbesar baginya untuk meninggalkan kebiasaan rokok selamanya, dia bisa meninggalkan rokok tersebut di sisa umurnya.
Bulan Ramadhan inilah kesempatan yang baik. Waktu ini janganlah sampai dilewatkan oleh pecandu rokok untuk meninggalkan kebiasaan rokoknya selamanya.
Semoga Allah memberikan hidayah kepada pecandu rokok untuk meninggalkan kebiasaan rokok selamanya setelah dia berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan yang penuh berkah, Amin Ya Rabbal Alamin.
---000---
Referensi:
- Abduh Tuasikal, Muhammad. Saatnya Meninggalkan Rokok di Bulan Ramadhan. Di akses di: https:// rumaysho.com/456-saatnya-meninggalkan-rokok-di-bulan-ramadhan.html, 1 Juni 2017
- Sarwat, Ahmad. Merokok Membatalkan Puasa, Kalau Terhisap Asap Rokok? Di akses di: http:// www.rumahfiqih.com/x.php?id=1404119033, 1 Juni 2017
- Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia. Orang Terkaya RI Pemilik Industri Rokok, Tapi Petani Tembakau Terseok. Di akses di: http://www.kspi.or.id/orang-terkaya-ri-pemilik-industri-rokok-tapi-petani-tembakau-terseok.html, 1 Juni 2017
- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Menelisik Kesejahteraan Petani Tembakau. Di akses di: http:// ylki.or.id/2011/10/menelisik-kesejahteraan-petani-tembakau/, 1 Juni 2017
- World Health Organization. World No Tobacco Day 2017: Beating tobacco for health, prosperity, the environment and national development. Di akses di: http://www.who.int/mediacentre/news/ releases/2017/no-tobacco-day/en/, 1 Juni 2017
- Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI. Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia, berdasarkan Riskesda 2007 dan 2013. Di akses di: http://www.depkes.go.id/resources/ download/pusdatin/infodatin/infodatin-hari-tanpa-tembakau-sedunia.pdf, 1 Juni 2017
- Katadata. Konsumsi Rokok Per Kapita Indonesia Tertinggi di ASEAN. Di akses di: http://databoks. katadata. co.id/datapublish/2016/08/31/konsumsi-rokok-per-kapita-indonesia-tertinggi-di-asean, 1 Juni 2017
- Kadir, Ruslan. Konsumsi Rokok Penduduk Indonesia yang Mengkhawatirkan. Di akses di: https:// indonesiana.tempo.co/read/51291/2015/10/13/kadirsst/konsumsi-rokok-penduduk-indonesia-yang-mengkhawatirkan, 1 Juni 2017
- Sabiq, Sayyid. 2008. Fiqih Sunnah, bab Puasa, hal 621. Jakarta
Postingan terkait
Hati-Hati Terjangkit Penyakit Kecemasan Digital
Jika kita melihat dan mau memperhatikan di sekeliling kita, ketika berkumpul bersama teman di cafe, makan bersama di restoran atau mall, berjalan-jalan di pantai atau taman, bahkan ketika rapat kerja, ada saja orang-orang yang tidak bisa lepas dari ponselnya.
Sebuah survei yang dilakukan pada 2,000 penduduk Inggris menunjukkan fakta bahwa rata-rata seorang dewasa menghabiskan waktu setara dengan 20 minggu per tahun di depan layar digital. 30% partisipan survei mengatakan bahwa mereka memeriksa ponselnya paling tidak setiap 30 menit sekali. Seperempat partisipan mengatakan bahwa mereka akan merasa bosan dalam waktu 1 jam tanpa ponsel, sementara hampir 23% mengatakan bahwa mereka akan merasa gelisah/cemas jika terpisah dengan ponsel.
Stefan Hofmann, professor psikologi di Universitas Boston, peneliti ahli di bidang emosi, mengatakan bahwa terpisah dari sosial media bisa menyebabkan kecemasan dan dorongan besar untuk login kembali.
Ada beberapa pertanda atau gejala yang perlu kita periksa ke diri kita sendiri, apakah kita juga menderita penyakit baru ini, kecemasan digital.
Meski penulis bukan ahli psikologi, hubungan sosial, maupun antropologi, saya coba mendaftarkan beberapa indikasi yang bisa jadi merupakan pertanda kita menderita kecemasan digital:
Hadirnya platfom sosial media yang memungkinan sharing teks, foto, dan video online bisa menjadi pedang bermata ganda, bisa mendatangkan kebaikan, namun jika tidak dikendalikan dengan benar bisa melumpuhkan pemiliknya.
Psikoterapis Diane Lang mengatakan bahwa jika kita mulai membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain (postingan teman online) yang terlihat lebih baik dari diri kita, bisa menimbulkan rasa iri, kebencian, dan frustasi dengan hidup kita sendiri.
Ketika kita berpikir bahwa kehidupan orang lain lebih baik dari kehidupan kita sendiri, bisa jadi muncul perasaan kesepian atau sedih, dan perasaan bahwa kita tidak memiliki kehidupan sosial.
Seperti kata pepatah, “rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput rumah sendiri”. Padahal, seperti ungkapan bijak Jawa, “hidup itu sawang sinawang (kurang lebih)”, setiap manusia atau keluarga pasti punya kelebihan dan kekurangan.
Kenyataannya, di media sosial, kebanyakan orang hanya akan memposting hal-hal yang baik atau yang terlihat keren saja. Sehingga sebetulnya bukan mereka tidak punya hal-hal buruk yang menimpa mereka di kehidupan hari-hari, tapi mereka tidak mau menunjukkannya/men-share-nya saja di media online. Sehingga tepatlah apa yang dikatakan Diane Lang tersebut.
Untuk mencegah penyakit kecemasan digital tersebut, ada beberapa langkah yang patut kita coba.
Pertama, cobalah untuk disiplin log off atau tidak melihat aplikasi sosial media pada waktu-waktu tertentu. Waktu tersebut misalnya ketika sedang rapat, makan bersama, atau ketika sedang berbicara tatap muka dengan orang. Hal ini menunjukkan bahwa anda menghargai pentingnya rapat, mengapresiasi orang yang sedang berbicara, dan benar-benar terhubung dengan orang nyata yang ada di hadapan anda, bukan sedang membangun hubungan dengan orang di dunia maya tapi malah menghancurkan hubungan kongkrit dengan orang-orang di dunia nyata anda.
Waktu terpenting yang patut diprioritaskan kedisiplinan untuk menahan diri dari melihat ponsel adalah ketika kita sedang bercengkrama bersama dengan anggota keluarga. Mereka butuh kasih sayang dan perhatian. Tatapan mata, usapan di kepala, kecupan ringan, dan segala perhatian yang kita berikan merupakan pelajaran berharga bagi mereka untuk menghargai orang lain.
Kalau kita berbicara dengan anak sembari asyik berselancar di dunia maya, bahkan terkadang hanya mendengarkan tanpa benar-benar menyimak apa yang mereka katakan atau apa yang mereka lakukan, maka janganlah marah jika suatu saat nanti, mereka pun tidak akan memperhatikan anda ataupun peduli pada anda ketika anda tua nanti.
Waktu yang sebaiknya dihindari lainnya adalah berselancar online adalah ketika berkendara. Harga tebusan keingintahuan melihat notifikasi update terbaru dengan harga keselamatan yang bisa membuat diri kita atau orang lain celaka, tidaklah sepadan. Sehingga, jangan mengecek ponsel ketika berkendara. Berhenti dan menepi ke sisi jalan, jika memang ada hal penting yang perlu dilakukan dengan ponsel anda.
Juga, tinggalkan ponsel ketika hendak tidur. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa layar digital yang memancarkan sinar biru dan putih mencegah otak untuk melepaskan hormon melatonin, sehingga kita akan tetap terjaga dan menjadi susah untuk tidur. Penelitian lain pada 850 orang Belanda-Belgia menunjukkan fakta bahwa mempergunakan ponsel setelah mematikan lampu kamar memiliki kaitan dengan kualitas tidur yang buruk, lebih banyak insomnia, dan lebih banyak gejala kelelahan (meskipun penelitian itu belum jelas menunjukkan bahwa penggunaan ponsel menjadi penyebab gangguan tidur).
Kedua, pahamilah, bahwa berita dunia kiamat tidak akan muncul di timeline facebook. Sehingga sebetulnya, ketinggalan berita apapun di sana, tidak akan membuat dunia anda berakhir. Bahkan sebetulnya, terlalu banyak informasi sampah yang membanjiri kanal sosial media kita, menyebabkan kita kewalahan, mudah terayun emosi, dan salah dalam bertindak.
Berita hoax yang dipercaya bisa membuat keliru dalam berpikir, berucap, dan bertindak, yang mungkin nantinya akan kita sesali. Perbedaan pemikiran politik, bisa membuat orang marah atau memanaskan hati dan pikiran ketika berselancar. Berita gosip hanya akan menghabiskan waktu dan menambah dosa saja. Belum lagi godaan kemudahan berbelanja online yang bisa membuat kita menjadi konsumtif sehingga memperbesar hutang kartu kredit atau membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan (seperti kata pepatah, besar pasak dari pada tiang).
Terakhir, luangkan untuk aktifitas fisik ketimbang aktifitas online. Berjalan ke Pantai Kemala atau Pantai Mangar, berjalan sehat di Lapangan Merdeka, tentu lebih menyegarkan pikiran dan menyehatkan badan ketimbang berselancar sepanjang hari di dunia maya.
---000---
Referensi:
Sebuah survei yang dilakukan pada 2,000 penduduk Inggris menunjukkan fakta bahwa rata-rata seorang dewasa menghabiskan waktu setara dengan 20 minggu per tahun di depan layar digital. 30% partisipan survei mengatakan bahwa mereka memeriksa ponselnya paling tidak setiap 30 menit sekali. Seperempat partisipan mengatakan bahwa mereka akan merasa bosan dalam waktu 1 jam tanpa ponsel, sementara hampir 23% mengatakan bahwa mereka akan merasa gelisah/cemas jika terpisah dengan ponsel.
Stefan Hofmann, professor psikologi di Universitas Boston, peneliti ahli di bidang emosi, mengatakan bahwa terpisah dari sosial media bisa menyebabkan kecemasan dan dorongan besar untuk login kembali.
Ada beberapa pertanda atau gejala yang perlu kita periksa ke diri kita sendiri, apakah kita juga menderita penyakit baru ini, kecemasan digital.
Meski penulis bukan ahli psikologi, hubungan sosial, maupun antropologi, saya coba mendaftarkan beberapa indikasi yang bisa jadi merupakan pertanda kita menderita kecemasan digital:
- Ponsel sudah seperti menjadi anggota tambahan tubuhmu. Tidak bisa lepas darinya. ‘Menempel’ di paha/dikantungi terus selama 24/7 (24 jam sehari selama 7 hari seminggu), bahkan tidur pun membawa ponsel
- Asyik browsing atau interaksi sosial media di ponsel ketika sedang makan bersama teman atau keluarga tanpa ada yang saling berbicara satu sama lain
- Sibuk mengecek ponsel ketika sedang berbicara tatap muka dengan orang lain
- Tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat/mengecek ponsel ketika ada bunyi notifikasi aplikasi sosial media, bahkan ketika berada di situasi yang bisa membahayakan dirinya sendiri semisal ketika sedang berkendara
- Merasa terganggu atau cemas ketika chatting online dengan teman namun tidak menerima balasan padahal mengetahui pesan anda sudah terbaca
- Merasa cemas jika tidak login atau tidak meng-akses media sosial sehari saja
- Merasa iri dengan postingan teman (contohnya jalan-jalan ke luar negeri, makan mewah, beli tas baru, dan lain-lain), muncul keinginan mengikuti atau melebihi postingan teman tersebut
- Merasa terganggu atau cemas ketika posting foto cantik/ganteng, tanpa ada yang nge-like, dan terus memantau update postingan tersebut setiap beberapa menit
- Merasa terganggu atau cemas ketika men-tag teman tapi tidak ada balasan selama 6 jam
- Merasa terganggu atau cemas ketika mengirim email dan tidak segera mendapatkan balasan
- Memperhatikan jumlah followers di Twitter atau teman di Facebook, dan merasa terganggu atau cemas jika angkanya berkurang.
Hadirnya platfom sosial media yang memungkinan sharing teks, foto, dan video online bisa menjadi pedang bermata ganda, bisa mendatangkan kebaikan, namun jika tidak dikendalikan dengan benar bisa melumpuhkan pemiliknya.
Psikoterapis Diane Lang mengatakan bahwa jika kita mulai membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain (postingan teman online) yang terlihat lebih baik dari diri kita, bisa menimbulkan rasa iri, kebencian, dan frustasi dengan hidup kita sendiri.
Ketika kita berpikir bahwa kehidupan orang lain lebih baik dari kehidupan kita sendiri, bisa jadi muncul perasaan kesepian atau sedih, dan perasaan bahwa kita tidak memiliki kehidupan sosial.
Seperti kata pepatah, “rumput tetangga terlihat lebih hijau dari rumput rumah sendiri”. Padahal, seperti ungkapan bijak Jawa, “hidup itu sawang sinawang (kurang lebih)”, setiap manusia atau keluarga pasti punya kelebihan dan kekurangan.
Kenyataannya, di media sosial, kebanyakan orang hanya akan memposting hal-hal yang baik atau yang terlihat keren saja. Sehingga sebetulnya bukan mereka tidak punya hal-hal buruk yang menimpa mereka di kehidupan hari-hari, tapi mereka tidak mau menunjukkannya/men-share-nya saja di media online. Sehingga tepatlah apa yang dikatakan Diane Lang tersebut.
Untuk mencegah penyakit kecemasan digital tersebut, ada beberapa langkah yang patut kita coba.
Pertama, cobalah untuk disiplin log off atau tidak melihat aplikasi sosial media pada waktu-waktu tertentu. Waktu tersebut misalnya ketika sedang rapat, makan bersama, atau ketika sedang berbicara tatap muka dengan orang. Hal ini menunjukkan bahwa anda menghargai pentingnya rapat, mengapresiasi orang yang sedang berbicara, dan benar-benar terhubung dengan orang nyata yang ada di hadapan anda, bukan sedang membangun hubungan dengan orang di dunia maya tapi malah menghancurkan hubungan kongkrit dengan orang-orang di dunia nyata anda.
Waktu terpenting yang patut diprioritaskan kedisiplinan untuk menahan diri dari melihat ponsel adalah ketika kita sedang bercengkrama bersama dengan anggota keluarga. Mereka butuh kasih sayang dan perhatian. Tatapan mata, usapan di kepala, kecupan ringan, dan segala perhatian yang kita berikan merupakan pelajaran berharga bagi mereka untuk menghargai orang lain.
Kalau kita berbicara dengan anak sembari asyik berselancar di dunia maya, bahkan terkadang hanya mendengarkan tanpa benar-benar menyimak apa yang mereka katakan atau apa yang mereka lakukan, maka janganlah marah jika suatu saat nanti, mereka pun tidak akan memperhatikan anda ataupun peduli pada anda ketika anda tua nanti.
Waktu yang sebaiknya dihindari lainnya adalah berselancar online adalah ketika berkendara. Harga tebusan keingintahuan melihat notifikasi update terbaru dengan harga keselamatan yang bisa membuat diri kita atau orang lain celaka, tidaklah sepadan. Sehingga, jangan mengecek ponsel ketika berkendara. Berhenti dan menepi ke sisi jalan, jika memang ada hal penting yang perlu dilakukan dengan ponsel anda.
Juga, tinggalkan ponsel ketika hendak tidur. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa layar digital yang memancarkan sinar biru dan putih mencegah otak untuk melepaskan hormon melatonin, sehingga kita akan tetap terjaga dan menjadi susah untuk tidur. Penelitian lain pada 850 orang Belanda-Belgia menunjukkan fakta bahwa mempergunakan ponsel setelah mematikan lampu kamar memiliki kaitan dengan kualitas tidur yang buruk, lebih banyak insomnia, dan lebih banyak gejala kelelahan (meskipun penelitian itu belum jelas menunjukkan bahwa penggunaan ponsel menjadi penyebab gangguan tidur).
Kedua, pahamilah, bahwa berita dunia kiamat tidak akan muncul di timeline facebook. Sehingga sebetulnya, ketinggalan berita apapun di sana, tidak akan membuat dunia anda berakhir. Bahkan sebetulnya, terlalu banyak informasi sampah yang membanjiri kanal sosial media kita, menyebabkan kita kewalahan, mudah terayun emosi, dan salah dalam bertindak.
Berita hoax yang dipercaya bisa membuat keliru dalam berpikir, berucap, dan bertindak, yang mungkin nantinya akan kita sesali. Perbedaan pemikiran politik, bisa membuat orang marah atau memanaskan hati dan pikiran ketika berselancar. Berita gosip hanya akan menghabiskan waktu dan menambah dosa saja. Belum lagi godaan kemudahan berbelanja online yang bisa membuat kita menjadi konsumtif sehingga memperbesar hutang kartu kredit atau membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan (seperti kata pepatah, besar pasak dari pada tiang).
Terakhir, luangkan untuk aktifitas fisik ketimbang aktifitas online. Berjalan ke Pantai Kemala atau Pantai Mangar, berjalan sehat di Lapangan Merdeka, tentu lebih menyegarkan pikiran dan menyehatkan badan ketimbang berselancar sepanjang hari di dunia maya.
---000---
Referensi:
- BBC. Can’t unplug? Heres how to navigate your digital anxiety. http://www.bbc.com/capital/story/20170220-cant-unplug-heres-how-to-navigate-your-digital-anxiety pada 25 Feb 2017
- Business Insider. Why you shouldn’t check your smartphone before you go to bed. http://www.businessinsider.co.id/dont-check-your-smartphone-before-bed-2016-3/#dCH7Qudu7qoE0i5m.99 pada 25 Feb 2017
- CBS New York. Can Social Media Be A Source Of Digital Anxiety? http://newyork.cbslocal.com/2015/05/13/seen-at-11-digital-anxiety-fomo-social-media/ pada 25 Feb 2017
- Skynews Australia. Digital anxiety impacts one in five Britons. Di akses di http://www.skynews.com.au/tech/technews/2016/05/10/digital-anxiety-impacts-one-in-five-britons.html pada 25 Feb 2017
- Spira, Julie. Do You Suffer From Social Media Anxiety Disorder? http://www.huffingtonpost.com/julie-spira/social-media-anxiety_b_2451439.html pada 25 Feb 2017
Postingan terkait
Mengelola Kegagalan Manusia
Setiap orang akan berbuat salah, tidak peduli seberapa baik pelatihan yang pernah mereka dapatkan dan seberapa baik motivasi yang mereka miliki.
Di tempat kerja, konsekuensi kegagalan manusia (human failure) bisa berakibat fatal. Analisis kecelakaan kerja menunjukkan bahwa kegagalan manusia berkontribusi pada hampir sebagian besar kecelakaan kerja dan paparan bahaya kesehatan. Banyak kecelakaan yang serius, semisal Piper Alpha dan Chernobyl, diinisiasi oleh kesalahan manusia.
Untuk menghindari kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja, perusahaan harus mengelola kesalahan manusia dengan serius mempergunakan langkah teknis dan rekayasa engineering yang sesuai.
Tantangan yang dihadapi yaitu bagaimana membuat sistem kerja yang toleran terhadap kesalahan manusia dan bagaimana mencegah terinisiasinya kesalahan manusia.
Untuk mengelola kesalahan manusia secara proaktif, proses analisis risiko dapat dipergunakan dengan memperhatikan beberapa hal:
Penting untuk diingat bahwa kesalahan manusia tidak terjadi secara acak. Memahami alasan terjadinya kesalahan dan faktor-faktor yang memperparah kesalahan akan membantu kita untuk merancang langkah pencegahan yang efektif.
Ada dua tipe kegagalan manusia: kesalahan dan pelanggaran. Kesalahan manusia (human error) adalah tindakan atau keputusan yang tidak disengaja. Pelanggaran (violation) adalah sengaja menyimpang dari peraturan atau prosedur.
Contoh tipe kesalahan manusia yaitu luput (slip) atau khilaf (lapse), “tindakan yang tidak berjalan seperti yang direncanakan” atau tindakan yang tidak sengaja dilakukan. Luput dan khilaf biasanya terjadi ketika melakukan langkah pekerjaan yang umum (luput: salah menekan tombol, membaca gauge yang salah; sedangkan khilaf: lupa menjalankan satu langkah di prosedur).
Tipe kesalahan di atas biasa terjadi pada pekerjaan yang tidak membutuhkan konsentrasi tinggi walaupun pekerja telah mendapatkan pelatihan prosedur yang intensif. Kesalahan seperti ini tidak bisa dihilangkan dengan memberikan pelatihan tambahan, tapi dengan memperbaiki disain untuk mengurangi tingkat kemungkinan/likelihood dan menyediakan sistem kerja yang lebih toleran terhadap kesalahan pekerja.
Tipe kesalahan manusia lainnya yaitu keliru (mistake), salah dalam memutuskan atau “tindakan yang sengaja dilakukan, tidak tepat”, misalnya meyakini suatu tindakan sudah benar, padahal salah.
Kesalahan ini biasanya terjadi di situasi dimana pekerja tidak tahu cara yang benar untuk melakukan pekerjaan karena hal tersebut merupakan pekerjaan baru dan tidak diharapkan, atau karena pekerja tidak dilatih dengan baik. Terkadang, dalam menghadapi situasi semacam itu, pekerja akan mengingat kembali prosedur/peraturan yang pernah mereka alami yang mirip dengan situasi baru, yang bisa jadi tidak tepat untuk situasi yang baru dihadapi. Pelatihan yang didasari prosedur yang baik adalah kunci menghindari kekeliruan.
Pelanggaran (violation) berbeda dari hal-hal diatas karena pekerja secara sengaja tidak melakukan prosedur dengan benar. Sangat jarang pelanggaran bersifat sabotase, biasanya pelanggaran merupakan hasil dari niat pekerja agar dapat menyelesaikan pekerjaan seefisien mungkin. Hal itu umum terjadi pada peralatan atau pekerjaan yang didisain dan/atau dirawat dengan buruk.
Memahami kejadian pelanggaran dan alasannya adalah penting agar kita dapat secara efektif menghindarinya. Tekanan kelompok (peer pressure), adanya peraturan tidak tertulis, dan pemahaman yang tidak utuh bisa memunculkan pelanggaran.
Ada beberapa langkah untuk mengelola pelanggaran, misalnya mendisain agar tidak ada pelanggaran, meningkatkan deteksi awal pelanggaran, memastikan peraturan dan prosedur sudah sesuai dengan praktek lapangan, dan menjelaskan rasionalitas di balik beberapa peraturan tertentu. Melibatkan pekerja dalam membuat peraturan dapat meningkatkan penerimaan mereka. Memahami akar penyebab pelanggaran adalah kunci untuk mencegah pelanggaran.
Beberapa prinsip yang berguna dalam mengelola kegagalan manusia yaitu:
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengelola kegagalan manusia di sistem kerja yang kompleks selain hanya mempertimbangkan aspek tindakan pekerja saja. Ketika menganalisa peran pekerja dalam menjalankan tugasnya, berhati-hatilah untuk tidak terjebak pada hal-hal berikut:
Perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, apakah asumsi salah tersebut dipakai ketika mengelola faktor manusia.
---000---
Refensi: HSE, UK. Human factors: Managing human failures
Di tempat kerja, konsekuensi kegagalan manusia (human failure) bisa berakibat fatal. Analisis kecelakaan kerja menunjukkan bahwa kegagalan manusia berkontribusi pada hampir sebagian besar kecelakaan kerja dan paparan bahaya kesehatan. Banyak kecelakaan yang serius, semisal Piper Alpha dan Chernobyl, diinisiasi oleh kesalahan manusia.
Untuk menghindari kecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja, perusahaan harus mengelola kesalahan manusia dengan serius mempergunakan langkah teknis dan rekayasa engineering yang sesuai.
Tantangan yang dihadapi yaitu bagaimana membuat sistem kerja yang toleran terhadap kesalahan manusia dan bagaimana mencegah terinisiasinya kesalahan manusia.
Untuk mengelola kesalahan manusia secara proaktif, proses analisis risiko dapat dipergunakan dengan memperhatikan beberapa hal:
- Mengidentifikasi potensi kesalahan manusia yang signifikan
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang bisa membuat kesalahan manusia semisal disain yang tidak baik, hal-hal yang dapat mengalihan fokus pekerja, target waktu, beban kerja, kompetensi, moral, tingkat kebisingan, dan sistem komunikasi (faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja)
- Merancang dan mengimplementasikan langkah pencegahan; utamakan disain ulang pekerjaan atau peralatan.
Penting untuk diingat bahwa kesalahan manusia tidak terjadi secara acak. Memahami alasan terjadinya kesalahan dan faktor-faktor yang memperparah kesalahan akan membantu kita untuk merancang langkah pencegahan yang efektif.
Ada dua tipe kegagalan manusia: kesalahan dan pelanggaran. Kesalahan manusia (human error) adalah tindakan atau keputusan yang tidak disengaja. Pelanggaran (violation) adalah sengaja menyimpang dari peraturan atau prosedur.
Contoh tipe kesalahan manusia yaitu luput (slip) atau khilaf (lapse), “tindakan yang tidak berjalan seperti yang direncanakan” atau tindakan yang tidak sengaja dilakukan. Luput dan khilaf biasanya terjadi ketika melakukan langkah pekerjaan yang umum (luput: salah menekan tombol, membaca gauge yang salah; sedangkan khilaf: lupa menjalankan satu langkah di prosedur).
Tipe kesalahan di atas biasa terjadi pada pekerjaan yang tidak membutuhkan konsentrasi tinggi walaupun pekerja telah mendapatkan pelatihan prosedur yang intensif. Kesalahan seperti ini tidak bisa dihilangkan dengan memberikan pelatihan tambahan, tapi dengan memperbaiki disain untuk mengurangi tingkat kemungkinan/likelihood dan menyediakan sistem kerja yang lebih toleran terhadap kesalahan pekerja.
Tipe kesalahan manusia lainnya yaitu keliru (mistake), salah dalam memutuskan atau “tindakan yang sengaja dilakukan, tidak tepat”, misalnya meyakini suatu tindakan sudah benar, padahal salah.
Kesalahan ini biasanya terjadi di situasi dimana pekerja tidak tahu cara yang benar untuk melakukan pekerjaan karena hal tersebut merupakan pekerjaan baru dan tidak diharapkan, atau karena pekerja tidak dilatih dengan baik. Terkadang, dalam menghadapi situasi semacam itu, pekerja akan mengingat kembali prosedur/peraturan yang pernah mereka alami yang mirip dengan situasi baru, yang bisa jadi tidak tepat untuk situasi yang baru dihadapi. Pelatihan yang didasari prosedur yang baik adalah kunci menghindari kekeliruan.
Pelanggaran (violation) berbeda dari hal-hal diatas karena pekerja secara sengaja tidak melakukan prosedur dengan benar. Sangat jarang pelanggaran bersifat sabotase, biasanya pelanggaran merupakan hasil dari niat pekerja agar dapat menyelesaikan pekerjaan seefisien mungkin. Hal itu umum terjadi pada peralatan atau pekerjaan yang didisain dan/atau dirawat dengan buruk.
Memahami kejadian pelanggaran dan alasannya adalah penting agar kita dapat secara efektif menghindarinya. Tekanan kelompok (peer pressure), adanya peraturan tidak tertulis, dan pemahaman yang tidak utuh bisa memunculkan pelanggaran.
Ada beberapa langkah untuk mengelola pelanggaran, misalnya mendisain agar tidak ada pelanggaran, meningkatkan deteksi awal pelanggaran, memastikan peraturan dan prosedur sudah sesuai dengan praktek lapangan, dan menjelaskan rasionalitas di balik beberapa peraturan tertentu. Melibatkan pekerja dalam membuat peraturan dapat meningkatkan penerimaan mereka. Memahami akar penyebab pelanggaran adalah kunci untuk mencegah pelanggaran.
Beberapa prinsip yang berguna dalam mengelola kegagalan manusia yaitu:
- Kegagalan manusia adalah hal yang normal dan dapat diprediksi. Kegagalan manusia dapat diidentifikasi dan dikelola
- Pengusaha harus mencari cara untuk mengurangi kesalahan manusia secara terstruktur dan proaktif, dengan memperhatikan secara ketat aspek teknis keselamatan. Mengelola kesalahan manusia harus menjadi bagian integral dari sistem manajemen keselamatan
- Disain pekerjaan yang buruk mungkin rentan terhadap beberapa kombinasi kesalahan manusia dan mungkin diperlukan lebih dari satu solusi pengendalian
- Perlunya pelibatan pekerja dalam mendisain pekerjaan dan prosedur
- Analisis risiko harus mengidentifikasi kemungkinan kegagalan manusia pada tahap pekerjaan kritis, dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, dan langkah pengendalian untuk mencegahnya
- Investigasi kecelakaan harus mencari tahu mengapa pekerja melakukan kegagalan, tidak berhenti pada aspek kesalahan manusia.
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengelola kegagalan manusia di sistem kerja yang kompleks selain hanya mempertimbangkan aspek tindakan pekerja saja. Ketika menganalisa peran pekerja dalam menjalankan tugasnya, berhati-hatilah untuk tidak terjebak pada hal-hal berikut:
- Memperlakukan pekerja seakan-akan mereka orang hebat (superman), mampu melakukan intervensi heroik dalam keadaan tanggap darurat
- Berasumsi bahwa operator akan selalu hadir, cepat mendeteksi masalah, dan dengan segera mengambil langkah yang sesuai
- Berasumsi bahwa pekerja akan selalu mengikuti prosedur
- Mengandalkan bahwa pekerja telah dilatih, meskipun pelatihan tidak jelas memberikan hubungan pencegahan atau pengendalian kecelakaan
- Hanya mengandalkan pelatihan untuk menangangi luput/khilaf
- Menyatakan bahwa pekerja memiliki motivasi yang tinggi dan tidak akan melakukan kegagalan, baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja (pelanggaran)
- Mengabaikan komponen manusia dan tidak mendiskusikan kinerja manusia sama sekali ketika melakukan analisis risiko
- Menerapkan teknik pencegahan secara tidak sesuai, misalnya memberikan detail semua pekerjaan lapangan, sehingga kehilangan fokus dan kehilangan sumber daya yang diperlukan pada aspek yang bisa diefektifkan
- Pada analisis risiko kuantitatif, memberikan kemungkinan dengan pasti bahwa kegagalan manusia diindikasikan dengan tingkat kemungkinan yang sangat kecil sekali, tanpa memberikan sumber asumsi data.
---000---
Refensi: HSE, UK. Human factors: Managing human failures
Postingan terkait
Konsekuensi Orang Gendut di ‘Offshore’
Awal Agustus lalu, salah satu operator raksasa minyak dan gas, Total, di Laut Utara (North Sea) terpaksa harus mengurangi jumlah pekerja di anjungan lepas pantai (offshore platform) Elgin Franklin, setelah inspeksi yang dilakukan oleh otoritas Health and Safety Executive (HSE) menemukan bahwa perahu penyelamat (lifeboat) yang ada di atas anjungan dianggap tidak memadai untuk mengevakuasi seluruh personil jika terjadi keadaan darurat.
Rekomendasi HSE tersebut harus dilakukan karena tidak terpenuhinya persyaratan evakuasi keselamatan lepas pantai.
Panduan HSE No.12 tahun 2008 berjudul “Big Persons in Lifeboats” menyatakan bahwa berat badan pekerja di lepas pantai telah naik secara signifikan dari berat rata-rata 75 Kg yang sebelumnya dipakai pabrikan kelautan untuk mendesain perahu penyelamat, sekoci, dan alat pelontar.
Perahu penyelamat dan sistem evakuasi di laut harus didisain mematuhi kaidah internasional, yang umum dikenal sebagai ‘Safety of Life at Sea’ (SOLAS) atau ‘Keselamatan Jiwa di Laut’.
Sebelum tahun 2000, berat rata-rata yang dipakai sebagai acuan untuk penumpang adalah 75 Kg (saat ini angka yang dipakai SOLAS adalah 82,5 Kg). Berat tersebut memperhitungkan berat penumpang wanita dan anak-anak yang biasanya ada di kapal umum. Namun, di industri migas lepas pantai, tidak ada anak-anak dan hanya ada sedikit wanita, sehingga acuan berat rata-rata yang direkomendasikan oleh Civil Aviation Authority (CAA) dan HSE adalah 98 Kg untuk laki-laki dan 77 Kg untuk wanita.
Disamping itu, regulasi lepas pantai juga menyebutkan bahwa setiap instalasi lepas pantai harus memiliki dua atau lebih perahu penyelamat tertutup yang jika dijumlahkan akan memiliki kapasitas penumpang sebesar 200% dari jumlah pekerja yang ada di atas instalasi.
Panduan ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di lepas pantai untuk meningkatkan sistem evakuasi yang telah ada dan memesan tambahan perahu penyelamat di platform produksi, rig pengeboran, atau kapal suplai, karena perahu penyelamat yang sebelumnya dianggap mampu untuk menampung 90 pekerja, hanya layak untuk menampung 67 pekerja; dan perahu penyelamat beserta sistem pelontar yang didisain untuk 100 pekerja akan mendapatkan beban lebih sebanyak 2300 Kg. Kelebihan berat ini membuat perahu penyelamat melebihi desain kapasitasnya.
Selain di Total, kejadian serupa juga pernah terjadi beberapa tahun lalu.
Husky Energy yang beroperasi di lapangan White Rose, Newfoundland , juga pernah mengurangi pekerja di kapal FPSO (Floating Production Storage and Offloading) Sea Rose yang biasanya 90 pekerja diturunkan menjadi 67 pekerja. Pengurangan kru akibat peraturan ini juga terjadi diatas rig pengeboran Henry Goodrich dan rig pengeboran GSF Grand Banks.
HSE menyarankan bahwa “pengurus atau pengusaha harus mengambil langkah yang memadai untuk menentukan kelayakan ketersediaan perahu penyelamat yang ada di instalasi lepas pantai dengan memperhatikan berat dan ukuran terkini rata-rata pekerjanya.”
Jika disain perahu penyelamat tidak memadai, pengurus atau pengusaha memiliki tiga pilihan, diantaranya:
Pertama, mengganti perahu penyelamat dan sistem pelontar yang ada dengan perahu penyelamat dan pelontar baru yang disainnya mampu menahan tambahan beban sesuai panduan HSE.
Kedua, membatasi jumlah maksimal penumpang yang diperbolehkan mempergunakan perahu penyelamat, sehingga berat total penumpang sesuai dengan kapasitas desain perahu penyelamat yang sudah ada. Juga diperkenankan untuk menghilangkan peralatan tidak penting yang ada dari dalam perahu penyelamat, untuk mengurangi berat perahu. Namun, penghilangan ini harus memiliki alasan penilaian yang memadai, contohnya, mengurangi cadangan air minum dan bahan bakar perahu penyelamat setelah dilakukan analisa skenario kondisi darurat dan lingkungan tempat kejadian.
Ketiga, di beberapa instalasi, mungkin dapat dilakukan revalidasi atau modifikasi perahu penyelamat dan sistem pelontar agar mendapat kapasitas disain lebih tinggi. Jika langkah ini diambil, pelaksanaannya haruslah dilakukan oleh institusi yang kompeten dan dengan merujuk ke perhitungan, disain gambar teknis, inspeksi peralatan, dan pengetesan berdasarkan petunjuk pabrikan (Original Equipment Manufacturer).
Hal yang patut diperhatikan, untuk fasilitas lepas pantai yang tunduk pada peraturan kelautan, setiap perubahan perahu penyelamat, termasuk perubahan perbekalan yang ada di dalam, harus mendapatkan persetujuan dari badan sertifikasi di negara asal kapal.
Jika dalam pelaksanaan salah satu dari ketiga opsi diatas –jika diperlukan- membutuhkan waktu implementasi yang lama. Dapat dilakukan langkah antisipasi sementara berupa pemindahan perahu penyelamat yang biasanya tidak dijadikan pilihan utama ketika kondisi darurat, jika berdasarkan analisa risiko, penggunaannya rendah.
---000---
Referensi:
Rekomendasi HSE tersebut harus dilakukan karena tidak terpenuhinya persyaratan evakuasi keselamatan lepas pantai.
Panduan HSE No.12 tahun 2008 berjudul “Big Persons in Lifeboats” menyatakan bahwa berat badan pekerja di lepas pantai telah naik secara signifikan dari berat rata-rata 75 Kg yang sebelumnya dipakai pabrikan kelautan untuk mendesain perahu penyelamat, sekoci, dan alat pelontar.
Perahu penyelamat dan sistem evakuasi di laut harus didisain mematuhi kaidah internasional, yang umum dikenal sebagai ‘Safety of Life at Sea’ (SOLAS) atau ‘Keselamatan Jiwa di Laut’.
Sebelum tahun 2000, berat rata-rata yang dipakai sebagai acuan untuk penumpang adalah 75 Kg (saat ini angka yang dipakai SOLAS adalah 82,5 Kg). Berat tersebut memperhitungkan berat penumpang wanita dan anak-anak yang biasanya ada di kapal umum. Namun, di industri migas lepas pantai, tidak ada anak-anak dan hanya ada sedikit wanita, sehingga acuan berat rata-rata yang direkomendasikan oleh Civil Aviation Authority (CAA) dan HSE adalah 98 Kg untuk laki-laki dan 77 Kg untuk wanita.
Disamping itu, regulasi lepas pantai juga menyebutkan bahwa setiap instalasi lepas pantai harus memiliki dua atau lebih perahu penyelamat tertutup yang jika dijumlahkan akan memiliki kapasitas penumpang sebesar 200% dari jumlah pekerja yang ada di atas instalasi.
Panduan ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di lepas pantai untuk meningkatkan sistem evakuasi yang telah ada dan memesan tambahan perahu penyelamat di platform produksi, rig pengeboran, atau kapal suplai, karena perahu penyelamat yang sebelumnya dianggap mampu untuk menampung 90 pekerja, hanya layak untuk menampung 67 pekerja; dan perahu penyelamat beserta sistem pelontar yang didisain untuk 100 pekerja akan mendapatkan beban lebih sebanyak 2300 Kg. Kelebihan berat ini membuat perahu penyelamat melebihi desain kapasitasnya.
Selain di Total, kejadian serupa juga pernah terjadi beberapa tahun lalu.
Husky Energy yang beroperasi di lapangan White Rose, Newfoundland , juga pernah mengurangi pekerja di kapal FPSO (Floating Production Storage and Offloading) Sea Rose yang biasanya 90 pekerja diturunkan menjadi 67 pekerja. Pengurangan kru akibat peraturan ini juga terjadi diatas rig pengeboran Henry Goodrich dan rig pengeboran GSF Grand Banks.
HSE menyarankan bahwa “pengurus atau pengusaha harus mengambil langkah yang memadai untuk menentukan kelayakan ketersediaan perahu penyelamat yang ada di instalasi lepas pantai dengan memperhatikan berat dan ukuran terkini rata-rata pekerjanya.”
Jika disain perahu penyelamat tidak memadai, pengurus atau pengusaha memiliki tiga pilihan, diantaranya:
Pertama, mengganti perahu penyelamat dan sistem pelontar yang ada dengan perahu penyelamat dan pelontar baru yang disainnya mampu menahan tambahan beban sesuai panduan HSE.
Kedua, membatasi jumlah maksimal penumpang yang diperbolehkan mempergunakan perahu penyelamat, sehingga berat total penumpang sesuai dengan kapasitas desain perahu penyelamat yang sudah ada. Juga diperkenankan untuk menghilangkan peralatan tidak penting yang ada dari dalam perahu penyelamat, untuk mengurangi berat perahu. Namun, penghilangan ini harus memiliki alasan penilaian yang memadai, contohnya, mengurangi cadangan air minum dan bahan bakar perahu penyelamat setelah dilakukan analisa skenario kondisi darurat dan lingkungan tempat kejadian.
Ketiga, di beberapa instalasi, mungkin dapat dilakukan revalidasi atau modifikasi perahu penyelamat dan sistem pelontar agar mendapat kapasitas disain lebih tinggi. Jika langkah ini diambil, pelaksanaannya haruslah dilakukan oleh institusi yang kompeten dan dengan merujuk ke perhitungan, disain gambar teknis, inspeksi peralatan, dan pengetesan berdasarkan petunjuk pabrikan (Original Equipment Manufacturer).
Hal yang patut diperhatikan, untuk fasilitas lepas pantai yang tunduk pada peraturan kelautan, setiap perubahan perahu penyelamat, termasuk perubahan perbekalan yang ada di dalam, harus mendapatkan persetujuan dari badan sertifikasi di negara asal kapal.
Jika dalam pelaksanaan salah satu dari ketiga opsi diatas –jika diperlukan- membutuhkan waktu implementasi yang lama. Dapat dilakukan langkah antisipasi sementara berupa pemindahan perahu penyelamat yang biasanya tidak dijadikan pilihan utama ketika kondisi darurat, jika berdasarkan analisa risiko, penggunaannya rendah.
---000---
Referensi:
- Health and Safety Executive (HSE). Big persons in lifeboats, Offshore Information Sheet No. 12/2008. UK
- Oil and Gas People. Total Forced to Down Man North Sea Platform After HSE Findings. Diakses 28 September 2016 di: https://www.oilandgaspeople.com
- The Telegram. Big workers, small lifeboats. Diakses 28 September 2016 di: http://www.thetelegram.com
Postingan terkait
Cara Tidur Bayi agar Selamat
Sekitar 3,500 bayi meninggal setiap tahun di Amerika karena kematian terkait tidur, penyebabnya antara lain karena sindrom kematian bayi mendadak/Sudden Infant Dead Syndrome (SIDS), kematian karena sakit, dan sesak napas atau jalur nafas tersumbat secara tidak sengaja di tempat tidur.
Akademi dokter anak di Amerika (Amerian Academy of Pediatrics), Oktober 2016 ini baru saja menerbitkan makalah rekomendasi terkait kondisi tidur bayi untuk mencegah SIDS dan kematian bayi terkait di tidur.
Pertama, selalu tidur dalam posisi punggung di bawah.
Untuk mencegah risiko SIDS, bayi harus selalu ditidurkan dalam posisi supinasi/telentang (seluruh punggung di alas tidur) sampai berusia 1 tahun. Tidur miring juga dianggap tidak selamat dan tidak direkomendasikan.
Posisi supinasi akan mengurangi risiko tersedak dan sesak napas pada bayi, bahkan pada bayi yang menderita penyakit gastro esophageal reflux (GERD) –kondisi dimana asam lambung atau isi lambung berbalik ke saluran makan/esophagus, aliran kembali/reflux ini bisa membuat iritasi.
Kedua, penggunaan alas tidur yang kokoh.
Penggunaan alas tidur yang kokoh semisal matras di dalam boks bayi/crib yang dilapisi dengan seprai yang ketat tanpa tambahan alas lain ataupun mainan akan mengurangi risiko SIDS dan sesak napas.
Permukaan yang kokoh menjaga bentuk permukaannya agar tidak berlekuk atau membentuk kepala bayi. Matras yang terlalu lembut dapat membentuk lekukan sehingga bayi bisa tersekat nafasnya jika ia berguling di posisi pronasi/telungkup (berbaring dengan wajah menghadap matras).
Benda lembut semisal bantal, selimut, meskipun yang dilapisisarung/pelapis sebaiknya juga tidak dipergunakan sebagai alas tidur bayi.
Ketiga, bayi direkomendasikan untuk tidur di kamar orang tua, dekat dengan tempat tidur orang tua namun mempergunakan tempat tidur bayi yang berbeda, idealnya hal ini dilakukan sampai anak berusia 1 tahun, atau setidaknya ketika 6 bulan pertamanya.
Penelitian menunjukkan bukti bahwa tidur di kamar orang tua dengan mempergunakan tempat tidur yang berbeda akan mengurangi risiko SIDS sebesar 50%. Penataan seperti itu akan mencegah sesak nafas, tercekik, atau tertindih secara tidak sengaja yang dapat menyebabkan kematian jika bayi tidur di satu tempat dengan orangtuanya.
Dengan tidur di satu ruangan dengan orang tua, membuat bayi selalu termonitor dan dalam jangkauan orang tua, dan memudahkan jika diperlukan pemberian ASI (Air Susu Ibu). Setelah memberi ASI, bayi dikembalikan lagi ke tempat tidurnya yang terpisah dengan tempat tidur orang tua.
Keempat, hindari penggunaan seprai-selimut yang lembut, alas tidur yang longgar di tempat tidur bayi yang dapat menyebabkan napas bayi tersekat, tercekik atau terjerat.
Sebagian besar bayi yang meninggal akibat SIDS dikarenakan kepalanya tertutup oleh alas tidur. Karena itu, di tempat tidur, tidak boleh ada bantal, alas tidur, selimut, atau benda lain yang bisa menghalangi pernapasan bayi atau menyebabkan kepanasan di tempat tidur bayi.
Kelima, penggunaan empeng/pacifier.
Mestki mekanismenya tidak diketahui, ada studi yang menyebutkan bahwa penggunaan empeng dapat menurunkan risiko SIDS. Jika mempergunakan empeng ketika bayi tidur, empeng tidak perlu dimasukkan lagi ke mulut bayi jika bayi sudah tertidur. Dan jika bayi sudah menolak empeng, jangan dipaksa.
Empeng tidak boleh dikalungkan pada bayi karena bisa menyebabkan bayi tercekik. Empeng yang dipasang di baju bayi juga sebaiknya tidak dipergunakan ketika bayi tertidur. Bayi yang sedangmenyusui juga sebaiknya tidak diperkenalkan dengan empeng sampai dia sudah bisa menyusuinya dengan baik.
Keenam, tidur-tiduran dalam posisi telungkup (kondisi bayi melek) dalam pengawasan orang tua direkomendasikan untuk membantu perkembangan dan mencegah terjadinya plagiocephaly atau sindrom kepala rata.
Beberapa rekomendasi lain untuk pengurangan SIDS antara lain yaitu menghindari bayi dari paparan asap rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang; pemberian ASI; dan imunisasi rutin.
---000---
Akademi dokter anak di Amerika (Amerian Academy of Pediatrics), Oktober 2016 ini baru saja menerbitkan makalah rekomendasi terkait kondisi tidur bayi untuk mencegah SIDS dan kematian bayi terkait di tidur.
Pertama, selalu tidur dalam posisi punggung di bawah.
Untuk mencegah risiko SIDS, bayi harus selalu ditidurkan dalam posisi supinasi/telentang (seluruh punggung di alas tidur) sampai berusia 1 tahun. Tidur miring juga dianggap tidak selamat dan tidak direkomendasikan.
Posisi supinasi akan mengurangi risiko tersedak dan sesak napas pada bayi, bahkan pada bayi yang menderita penyakit gastro esophageal reflux (GERD) –kondisi dimana asam lambung atau isi lambung berbalik ke saluran makan/esophagus, aliran kembali/reflux ini bisa membuat iritasi.
Kedua, penggunaan alas tidur yang kokoh.
Penggunaan alas tidur yang kokoh semisal matras di dalam boks bayi/crib yang dilapisi dengan seprai yang ketat tanpa tambahan alas lain ataupun mainan akan mengurangi risiko SIDS dan sesak napas.
Permukaan yang kokoh menjaga bentuk permukaannya agar tidak berlekuk atau membentuk kepala bayi. Matras yang terlalu lembut dapat membentuk lekukan sehingga bayi bisa tersekat nafasnya jika ia berguling di posisi pronasi/telungkup (berbaring dengan wajah menghadap matras).
Benda lembut semisal bantal, selimut, meskipun yang dilapisisarung/pelapis sebaiknya juga tidak dipergunakan sebagai alas tidur bayi.
Ketiga, bayi direkomendasikan untuk tidur di kamar orang tua, dekat dengan tempat tidur orang tua namun mempergunakan tempat tidur bayi yang berbeda, idealnya hal ini dilakukan sampai anak berusia 1 tahun, atau setidaknya ketika 6 bulan pertamanya.
Penelitian menunjukkan bukti bahwa tidur di kamar orang tua dengan mempergunakan tempat tidur yang berbeda akan mengurangi risiko SIDS sebesar 50%. Penataan seperti itu akan mencegah sesak nafas, tercekik, atau tertindih secara tidak sengaja yang dapat menyebabkan kematian jika bayi tidur di satu tempat dengan orangtuanya.
Dengan tidur di satu ruangan dengan orang tua, membuat bayi selalu termonitor dan dalam jangkauan orang tua, dan memudahkan jika diperlukan pemberian ASI (Air Susu Ibu). Setelah memberi ASI, bayi dikembalikan lagi ke tempat tidurnya yang terpisah dengan tempat tidur orang tua.
Keempat, hindari penggunaan seprai-selimut yang lembut, alas tidur yang longgar di tempat tidur bayi yang dapat menyebabkan napas bayi tersekat, tercekik atau terjerat.
Sebagian besar bayi yang meninggal akibat SIDS dikarenakan kepalanya tertutup oleh alas tidur. Karena itu, di tempat tidur, tidak boleh ada bantal, alas tidur, selimut, atau benda lain yang bisa menghalangi pernapasan bayi atau menyebabkan kepanasan di tempat tidur bayi.
Kelima, penggunaan empeng/pacifier.
Mestki mekanismenya tidak diketahui, ada studi yang menyebutkan bahwa penggunaan empeng dapat menurunkan risiko SIDS. Jika mempergunakan empeng ketika bayi tidur, empeng tidak perlu dimasukkan lagi ke mulut bayi jika bayi sudah tertidur. Dan jika bayi sudah menolak empeng, jangan dipaksa.
Empeng tidak boleh dikalungkan pada bayi karena bisa menyebabkan bayi tercekik. Empeng yang dipasang di baju bayi juga sebaiknya tidak dipergunakan ketika bayi tertidur. Bayi yang sedangmenyusui juga sebaiknya tidak diperkenalkan dengan empeng sampai dia sudah bisa menyusuinya dengan baik.
Keenam, tidur-tiduran dalam posisi telungkup (kondisi bayi melek) dalam pengawasan orang tua direkomendasikan untuk membantu perkembangan dan mencegah terjadinya plagiocephaly atau sindrom kepala rata.
Beberapa rekomendasi lain untuk pengurangan SIDS antara lain yaitu menghindari bayi dari paparan asap rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang; pemberian ASI; dan imunisasi rutin.
---000---
Referensi:
- American Academy of Pediatrics. SIDS and Other Sleep-Related Infant Deaths: Updated 2016 Recommendations for a Safe Infant Sleeping Environment. 2016. USA
- The Atlantic. The Worst Place to Fall Asleep With a Newborn Baby. Diakses di http://www.theatlantic.com pada 28 Oktober 2016
- American Academy of Pediatrics. Video - Announces New Safe Sleep Recommendations to Protect Against SIDS. Diakses di http://www.youtube.com pada 28 Oktober 2016
Postingan terkait
Tinjauan Kritis Daftar Bahaya
Ada banyak referensi yang dapat dirujukan ketika melakukan identifikasi bahaya, diantaranya ILO (International Labour Organization), Occupational Safety and Health Administration (OSHA), Canadian Centre for Occupational Health and Safety (CCOHS), dan Viner. Dengan melakukan tinjauan kritis, penulis membandingkan, mengkritisi, mengeliminasi, dan menambahkan daftar bahaya yang ada sehingga menghasilkan suatu daftar bahaya yang lebih komprehensif.
ILO (International Labour Organization) di Ensiklopedia Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterbitkannya menyebutkan beberapa bahaya, yaitu: tekanan (kenaikan dan penurunan), biologi, bencana alam dan buatan, listrik, api, panas dan dingin, jam kerja, kualitas udara dalam ruangan, pengendalian lingkungan dalam ruangan, pencahayaan, kebisingan, radiasi (pengion dan bukan pengion), getaran, kekerasan dan tampilan visual alat elektronik (visual display units).
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) di publikasi berjudul Job Hazard Analysis menyebutkan beberapa tipe bahaya diantaranya: bahan kimia beracun, mudah terbakar, korosif, mudah meledak akibat reaksi kimia dan tekanan berlebih, bahaya tersengat listrik, terbakar akibat listrik, listrik statis, kehilangan sumber listrik, bahaya ergonomi berupa cedera dan kesalahan manusia, runtuhan galian, terjatuh (terpleset, tersandung), api/panas, getaran, mekanik, kegagalan mekanika, kebisingan, radiasi pengion dan radiasi bukan pengion, menabrak benda, ditabrak benda, suhu ekstrim (panas dan dingin), pandangan terhalang, cuaca (salju, hujan, angin, es).
OSHA negara bagian Oregon menambahkan beberapa bahaya dari daftar diatas, yaitu bahaya biologi (bakteri, virus, jamur) dan kekerasan di tempat kerja.
Canadian Centre for Occupational Health and Safety (CCOHS) membagi klasifikasi bahaya menjadi beberapa hal: bahaya kimia, ergonomi (manual handling, pencahayaan, pengaturan kantor, posisi duduk-berdiri, terpleset, terjatuh, tersandung, shift kerja, peralatan dan gangguan kesehatan tulang-otot terkait pekerjaan), kesehatan (biologi, penyakit, wabah), fisik (temperatur, kualitas udara ruangan, jamur, kebisingan, radiasi), psikososial (stres, kekerasan, bullying), keselamatan (berkendara, listrik, alat angkat-angkut, tangga, mesin, platform kerja, perkakas kerja), dan tempat kerja (ruang terbatas, ventilasi, cuaca, bekerja sendirian).
Sementara itu, Viner (1991), membagi bahaya berdasarkan klasifikasi sumber energi. Sehingga bahaya menurut Viner dikelompokkan menjadi: energi potensial (gravitasi, fluida bertekanan), kinetik (gerakan), mekanik, akustik dan getaran, listrik, nuklir, panas, kimia, mikrobiologi, dan otot (penyerangan).
Beberapa bahaya yang disebutkan di atas sudah cukup menjelaskan dirinya sendiri, namun ada beberapa poin dari daftar bahaya di atas yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan ada beberapa bahaya yang belum terdata dan perlu ditambahkan guna kelengkapan daftar bahaya.
‘Terpleset, terjatuh, dan tersandung’ yang disebutkan OSHA dan CCOHS misalnya, ketiga hal itu seharusnya tidak masuk ke dalam kategori bahaya atau hazard, karena ketiga hal tersebut adalah kejadian atau event. Seperti disebutkan ISO guide 73, kejadian adalah peristiwa atau perubahan kondisi tertentu (occurrence or change of a particular set of circumstances). Sehingga, bahaya dari kejadian ‘terpleset, terjatuh, dan tersandung’ bisa berupa permukaan licin, sandungan, dan perbedaan ketinggan permukaan/lantai.
Begitu pula dengan ‘ditabrak benda’ dan ‘menabrak benda’ yang disebutkan OSHA. Kedua hal itu adalah kejadian, bahaya yang tepat untuk dua kejadian itu bisa berupa ‘benda bergerak’ atau ‘benda stasioner di jalur lintasan’. Jika kejadiannya adalah terjepit, maka bahaya yang bisa disebut adalah ‘berada pada jalur lintasan bahaya/berada dijalur pergerakan mesin’.
Terutama di fasilitas minyak dan gas yang berusia tua (lebih dari 30 tahun) dan fasilitas pengeboran yang banyak menghasilkan getaran, bahaya benda jatuh menjadi salah satu fokus tersendiri. Benda di ketinggian (berpotensi jatuh) menjadi penyebab terbesar kematian dan potensi kecelakaan serius di industri minyak dan gas. Data dari HSE UK untuk sumur migas menyebutkan bahwa di 2015, ada lebih dari 30 kejadian benda jatuh, termasuk besi 5 kg jatuh dari ketinggian 6 m, pintu bukaan 5,8 kg jatuh dari 6,5 m, alas karet (20 kg) yang diangkat helikopter jatuh dari 18 m, dan pintu lemari listrik 20 kg yang jatuh dari ketinggian 20 m.
Selain benda di ketinggian (berpotensi jatuh), potensi pekerja jatuh karena berada atau bekerja di ketinggian patut juga dijadikan salah satu identifikasi bahaya. Pekerja terjatuh adalah kejadiannya, sedangkan perbedaan ketinggian kerja adalah bahayanya.
Peralatan yang tidak standar atau buatan sendiri juga bisa ditambahkan, karena peralatan buatan sendiri tanpa desain teknis, integritas material dan/atau perhitungan kekuatan peralatan bisa meningkatkan risiko cedera.
Kemudian, jika ILO menyebutkan tekanan sebagai salah satu bahaya, dan Viner menyebutkan fluida bertekanan, maka segala macam zat bertekanan harusnya diidentifikasi sebagai bahaya juga, semisal gas atau udara terkompresi.
OSHA dan Viner menyebutkan bahaya mekanik, sebagai tambahan dan perjelasan, segala mesin atau benda yang berputar atau digerakkan dengan listrik, hidrolik dan semisalnya masuk ke dalam bahaya tersebut.
Kontak dengan benda tajam juga dapat menghasilkan kejadian atau insiden. Pada industri teknik, cedera akibat benda tajam bisa terjadi ketika menangani benda atau material bersisi tajam. Data HSE UK menyebutkan bahwa sepertiga cedera tercatat diakibatkan oleh luka dari besi tajam ketika menanganinya.
CCOH hanya menyebut bahaya radiasi, Viner menyebut nuklir, sedang ILO dan OSHA membagi radiasi berdasarkan "muatan listrik"nya sehingga dipisah menjadi radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Klasifikasi ILO dan OSHA lebih baik karena menjelaskan berbedaan pengaruh antara kedua klasifikasi tersebut.
Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk benda hidup. Radiasi pengion disebut juga radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron. Partikel beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak langsung.
Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.
Pencahayaan disebut sebagai bahaya, kurang pencahayaan lebih tepat dianggap sebagai bahaya, terutama jika pekerjaan membutuhkan ketelitian. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1405 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri memberikan acuan jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Bahaya alam dapat didefinisikan sebagai fenomena alamiah yang bisa terjadi secara cepat atau lambat yang mungkin diakibatkan oleh geofisika (gempa bumi, longsor, tsunami dan aktifitas gunung api), hidrologi (banjir bandang), klimatologi (cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan), meteorologi (topan dan badai/ombak besar) atau biologis (epidemis penyakit dan wabah serangga/binantang). ILO menyebutkan bahaya bencana alam dan bencana buatan, sedang OSHA hanya menyebutkan beberapa contoh bencana alam. Potensi bencana alam dan contoh detailnya bisa dijadikan daftar bahaya alamiah.
CCOHS dan Viner menyebutkan bahaya kimia, tapi OSHA menambahkan detail berupa karakteristik bahan kimianya yang bisa berupa beracun, korosif, mudah terbakar, mudah meledak dan semisalnya, bisa juga ditambahkan sifat iritan. Meski sudah cukup disebutkan sebagai bahaya bahan kimia, menurut penulis, penambahkan sifat lebih detail tidak mengapa karena akan membantu memudahkan pekerja mengidentifikasi lebih jauh konsekuensi yang bisa terjadi dari suatu bahan kimia. Bahkan menyebutkan fasa bahan kimianya (padat, cair, gas) juga mungkin dapat membantu pekerja mengidentifikasi beberapa bahan kimia yang kasat mata semisal gas berbahaya dari H2S.
Jika sebelumnya adalah kehadiran bahan kima yang dapat membuat bahaya, maka ketidakhadiran suatu bahan juga bisa membuat bahaya, seperti kekurangan atau tidak adanya oksigen. Kekurangan atau ketiadaan oksigen bisa terjadi akibat beberapa hal, misalnya penggunaan gas inert, beberapa reaksi kimia (contohnya pengaratan), atau kehadiran gas lain semisal argon, CO2, nitrogen, dan helium bisa mendorongnya keberadaan oksigen.
ILO dan CCOH menyebutkan bahaya kualitas udara dalam ruangan dan menyebutkan pula ‘pengendalian lingkungan dalam ruangan’ dan ventilasi. Kedua hal terakhir itu lebih tepat digolongkan sebagai mitigasi rekayasa teknik untuk menjaga kualitas udara berada di tingkat yang diperbolehkan akibat adanya bahaya kimia dan/atau biologi yang mengganggu kualitas udara dalam ruangan.
ILO menyebutkan bahaya biologi secara umum, sementara institusi lain menyebutkan beberapa contoh bahaya biologi, semisal bakteri, virus, jamur, mikrobiologi, sedang bahaya biologi berupa makhluk hidup yang lebih besar semisal serangga, binatang vektor/carrier penyakit, pengerat, berbisa dan buas bisa ditambahkan guna melengkapi bahaya biologi.
Berbicara mengenai bahaya ergonomi, bisa dibagi menjadi tiga subbidang ergonomi: fisik (postur kerja/postur janggal, penanganan material - beban berlebih, gerakan berulang, penataan tempat kerja), kognitif (beban kerja pikiran, pengambilan keputusan, kinerja manusia, interaksi manusia-komputer/mesin, reliabilitas manusia), dan organisasional (komunikasi, pengelolaan SDM kru, desain kerja, desain waktu kerja, kerjasama tim, dst). ILO dan OSHA menyinggung mengenai ergonomi kognitif, sedang CCOHS membahas ergonomi kognitif dan fisik.
Secara umum, bahaya berasal dari hal fisik yang dapat dilihat (semisal pisau tajam) atau memiliki aroma (semisal cat), tapi ada juga bahaya yang berasal dari interaksi (atau ketiadaan interaksi) dengan orang lain. Saat ini, bahaya psikososial sudah dikenali sebagai salah satu bahaya di tempat kerja.
World Health Organization (WHO) menyebutkan beberapa risiko psikososial diantaranya: konten kerja, beban dan irama kerja, jadwal kerja, kendali kerja, lingkungan dan peralatan, budaya dan fungsi organisasi, hubungan interpersonal di tempat kerja, peran di organisasi, pengembangan karir, interaksi rumah dan pekerjaan.
Bahaya psikososial, stres kerja, kekerasan, intimidasi, pelecehan, bullying, sudah dapat dianggap sebagai salah satu tantangan keselamatan dan kesehatan kerja.
Maka dari itu, kekerasan, stres, bekerja sendirian di tempat kerja telah masuk ke daftar bahaya yang disebutkan ILO, OSHA, dan CCOHS. Sehingga kekerasan di tempat kerja dari sesama pekerjan atau pelanggan, ancaman keamanan -penipuan, pencurian, perampokan juga perlu diperhitungkan ke dalam daftar bahaya psikososial.
Jika CCOHS memasukkan bekerja sendiri sebagai bahaya, maka pekerjaan yang dilakukan secara simultan dengan tim lain atau simultaneous operations (SIMOPS) juga patut dipertimbangkan sebagai salah satu potensi bahaya. SIMOPS didefinisikan sebagai pelaksanaan dua atau lebih pekerjaan berbeda secara bersamaan. Adanya beberapa pekerjaan/aktifitas berbeda yang berlangsung di area yang berdekatan memberikan ada kemungkinan terjadinya interferensi, bentrok atau terjadi transfer risiko antar pekerjaan.
---000---
Referensi:
ILO (International Labour Organization) di Ensiklopedia Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterbitkannya menyebutkan beberapa bahaya, yaitu: tekanan (kenaikan dan penurunan), biologi, bencana alam dan buatan, listrik, api, panas dan dingin, jam kerja, kualitas udara dalam ruangan, pengendalian lingkungan dalam ruangan, pencahayaan, kebisingan, radiasi (pengion dan bukan pengion), getaran, kekerasan dan tampilan visual alat elektronik (visual display units).
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) di publikasi berjudul Job Hazard Analysis menyebutkan beberapa tipe bahaya diantaranya: bahan kimia beracun, mudah terbakar, korosif, mudah meledak akibat reaksi kimia dan tekanan berlebih, bahaya tersengat listrik, terbakar akibat listrik, listrik statis, kehilangan sumber listrik, bahaya ergonomi berupa cedera dan kesalahan manusia, runtuhan galian, terjatuh (terpleset, tersandung), api/panas, getaran, mekanik, kegagalan mekanika, kebisingan, radiasi pengion dan radiasi bukan pengion, menabrak benda, ditabrak benda, suhu ekstrim (panas dan dingin), pandangan terhalang, cuaca (salju, hujan, angin, es).
OSHA negara bagian Oregon menambahkan beberapa bahaya dari daftar diatas, yaitu bahaya biologi (bakteri, virus, jamur) dan kekerasan di tempat kerja.
Canadian Centre for Occupational Health and Safety (CCOHS) membagi klasifikasi bahaya menjadi beberapa hal: bahaya kimia, ergonomi (manual handling, pencahayaan, pengaturan kantor, posisi duduk-berdiri, terpleset, terjatuh, tersandung, shift kerja, peralatan dan gangguan kesehatan tulang-otot terkait pekerjaan), kesehatan (biologi, penyakit, wabah), fisik (temperatur, kualitas udara ruangan, jamur, kebisingan, radiasi), psikososial (stres, kekerasan, bullying), keselamatan (berkendara, listrik, alat angkat-angkut, tangga, mesin, platform kerja, perkakas kerja), dan tempat kerja (ruang terbatas, ventilasi, cuaca, bekerja sendirian).
Sementara itu, Viner (1991), membagi bahaya berdasarkan klasifikasi sumber energi. Sehingga bahaya menurut Viner dikelompokkan menjadi: energi potensial (gravitasi, fluida bertekanan), kinetik (gerakan), mekanik, akustik dan getaran, listrik, nuklir, panas, kimia, mikrobiologi, dan otot (penyerangan).
Beberapa bahaya yang disebutkan di atas sudah cukup menjelaskan dirinya sendiri, namun ada beberapa poin dari daftar bahaya di atas yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan ada beberapa bahaya yang belum terdata dan perlu ditambahkan guna kelengkapan daftar bahaya.
‘Terpleset, terjatuh, dan tersandung’ yang disebutkan OSHA dan CCOHS misalnya, ketiga hal itu seharusnya tidak masuk ke dalam kategori bahaya atau hazard, karena ketiga hal tersebut adalah kejadian atau event. Seperti disebutkan ISO guide 73, kejadian adalah peristiwa atau perubahan kondisi tertentu (occurrence or change of a particular set of circumstances). Sehingga, bahaya dari kejadian ‘terpleset, terjatuh, dan tersandung’ bisa berupa permukaan licin, sandungan, dan perbedaan ketinggan permukaan/lantai.
Begitu pula dengan ‘ditabrak benda’ dan ‘menabrak benda’ yang disebutkan OSHA. Kedua hal itu adalah kejadian, bahaya yang tepat untuk dua kejadian itu bisa berupa ‘benda bergerak’ atau ‘benda stasioner di jalur lintasan’. Jika kejadiannya adalah terjepit, maka bahaya yang bisa disebut adalah ‘berada pada jalur lintasan bahaya/berada dijalur pergerakan mesin’.
Terutama di fasilitas minyak dan gas yang berusia tua (lebih dari 30 tahun) dan fasilitas pengeboran yang banyak menghasilkan getaran, bahaya benda jatuh menjadi salah satu fokus tersendiri. Benda di ketinggian (berpotensi jatuh) menjadi penyebab terbesar kematian dan potensi kecelakaan serius di industri minyak dan gas. Data dari HSE UK untuk sumur migas menyebutkan bahwa di 2015, ada lebih dari 30 kejadian benda jatuh, termasuk besi 5 kg jatuh dari ketinggian 6 m, pintu bukaan 5,8 kg jatuh dari 6,5 m, alas karet (20 kg) yang diangkat helikopter jatuh dari 18 m, dan pintu lemari listrik 20 kg yang jatuh dari ketinggian 20 m.
Selain benda di ketinggian (berpotensi jatuh), potensi pekerja jatuh karena berada atau bekerja di ketinggian patut juga dijadikan salah satu identifikasi bahaya. Pekerja terjatuh adalah kejadiannya, sedangkan perbedaan ketinggian kerja adalah bahayanya.
Peralatan yang tidak standar atau buatan sendiri juga bisa ditambahkan, karena peralatan buatan sendiri tanpa desain teknis, integritas material dan/atau perhitungan kekuatan peralatan bisa meningkatkan risiko cedera.
Kemudian, jika ILO menyebutkan tekanan sebagai salah satu bahaya, dan Viner menyebutkan fluida bertekanan, maka segala macam zat bertekanan harusnya diidentifikasi sebagai bahaya juga, semisal gas atau udara terkompresi.
OSHA dan Viner menyebutkan bahaya mekanik, sebagai tambahan dan perjelasan, segala mesin atau benda yang berputar atau digerakkan dengan listrik, hidrolik dan semisalnya masuk ke dalam bahaya tersebut.
Kontak dengan benda tajam juga dapat menghasilkan kejadian atau insiden. Pada industri teknik, cedera akibat benda tajam bisa terjadi ketika menangani benda atau material bersisi tajam. Data HSE UK menyebutkan bahwa sepertiga cedera tercatat diakibatkan oleh luka dari besi tajam ketika menanganinya.
CCOH hanya menyebut bahaya radiasi, Viner menyebut nuklir, sedang ILO dan OSHA membagi radiasi berdasarkan "muatan listrik"nya sehingga dipisah menjadi radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Klasifikasi ILO dan OSHA lebih baik karena menjelaskan berbedaan pengaruh antara kedua klasifikasi tersebut.
Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk benda hidup. Radiasi pengion disebut juga radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron. Partikel beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak langsung.
Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non-pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.
Pencahayaan disebut sebagai bahaya, kurang pencahayaan lebih tepat dianggap sebagai bahaya, terutama jika pekerjaan membutuhkan ketelitian. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1405 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri memberikan acuan jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Bahaya alam dapat didefinisikan sebagai fenomena alamiah yang bisa terjadi secara cepat atau lambat yang mungkin diakibatkan oleh geofisika (gempa bumi, longsor, tsunami dan aktifitas gunung api), hidrologi (banjir bandang), klimatologi (cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan), meteorologi (topan dan badai/ombak besar) atau biologis (epidemis penyakit dan wabah serangga/binantang). ILO menyebutkan bahaya bencana alam dan bencana buatan, sedang OSHA hanya menyebutkan beberapa contoh bencana alam. Potensi bencana alam dan contoh detailnya bisa dijadikan daftar bahaya alamiah.
CCOHS dan Viner menyebutkan bahaya kimia, tapi OSHA menambahkan detail berupa karakteristik bahan kimianya yang bisa berupa beracun, korosif, mudah terbakar, mudah meledak dan semisalnya, bisa juga ditambahkan sifat iritan. Meski sudah cukup disebutkan sebagai bahaya bahan kimia, menurut penulis, penambahkan sifat lebih detail tidak mengapa karena akan membantu memudahkan pekerja mengidentifikasi lebih jauh konsekuensi yang bisa terjadi dari suatu bahan kimia. Bahkan menyebutkan fasa bahan kimianya (padat, cair, gas) juga mungkin dapat membantu pekerja mengidentifikasi beberapa bahan kimia yang kasat mata semisal gas berbahaya dari H2S.
Jika sebelumnya adalah kehadiran bahan kima yang dapat membuat bahaya, maka ketidakhadiran suatu bahan juga bisa membuat bahaya, seperti kekurangan atau tidak adanya oksigen. Kekurangan atau ketiadaan oksigen bisa terjadi akibat beberapa hal, misalnya penggunaan gas inert, beberapa reaksi kimia (contohnya pengaratan), atau kehadiran gas lain semisal argon, CO2, nitrogen, dan helium bisa mendorongnya keberadaan oksigen.
ILO dan CCOH menyebutkan bahaya kualitas udara dalam ruangan dan menyebutkan pula ‘pengendalian lingkungan dalam ruangan’ dan ventilasi. Kedua hal terakhir itu lebih tepat digolongkan sebagai mitigasi rekayasa teknik untuk menjaga kualitas udara berada di tingkat yang diperbolehkan akibat adanya bahaya kimia dan/atau biologi yang mengganggu kualitas udara dalam ruangan.
ILO menyebutkan bahaya biologi secara umum, sementara institusi lain menyebutkan beberapa contoh bahaya biologi, semisal bakteri, virus, jamur, mikrobiologi, sedang bahaya biologi berupa makhluk hidup yang lebih besar semisal serangga, binatang vektor/carrier penyakit, pengerat, berbisa dan buas bisa ditambahkan guna melengkapi bahaya biologi.
Berbicara mengenai bahaya ergonomi, bisa dibagi menjadi tiga subbidang ergonomi: fisik (postur kerja/postur janggal, penanganan material - beban berlebih, gerakan berulang, penataan tempat kerja), kognitif (beban kerja pikiran, pengambilan keputusan, kinerja manusia, interaksi manusia-komputer/mesin, reliabilitas manusia), dan organisasional (komunikasi, pengelolaan SDM kru, desain kerja, desain waktu kerja, kerjasama tim, dst). ILO dan OSHA menyinggung mengenai ergonomi kognitif, sedang CCOHS membahas ergonomi kognitif dan fisik.
Secara umum, bahaya berasal dari hal fisik yang dapat dilihat (semisal pisau tajam) atau memiliki aroma (semisal cat), tapi ada juga bahaya yang berasal dari interaksi (atau ketiadaan interaksi) dengan orang lain. Saat ini, bahaya psikososial sudah dikenali sebagai salah satu bahaya di tempat kerja.
World Health Organization (WHO) menyebutkan beberapa risiko psikososial diantaranya: konten kerja, beban dan irama kerja, jadwal kerja, kendali kerja, lingkungan dan peralatan, budaya dan fungsi organisasi, hubungan interpersonal di tempat kerja, peran di organisasi, pengembangan karir, interaksi rumah dan pekerjaan.
Bahaya psikososial, stres kerja, kekerasan, intimidasi, pelecehan, bullying, sudah dapat dianggap sebagai salah satu tantangan keselamatan dan kesehatan kerja.
Maka dari itu, kekerasan, stres, bekerja sendirian di tempat kerja telah masuk ke daftar bahaya yang disebutkan ILO, OSHA, dan CCOHS. Sehingga kekerasan di tempat kerja dari sesama pekerjan atau pelanggan, ancaman keamanan -penipuan, pencurian, perampokan juga perlu diperhitungkan ke dalam daftar bahaya psikososial.
Jika CCOHS memasukkan bekerja sendiri sebagai bahaya, maka pekerjaan yang dilakukan secara simultan dengan tim lain atau simultaneous operations (SIMOPS) juga patut dipertimbangkan sebagai salah satu potensi bahaya. SIMOPS didefinisikan sebagai pelaksanaan dua atau lebih pekerjaan berbeda secara bersamaan. Adanya beberapa pekerjaan/aktifitas berbeda yang berlangsung di area yang berdekatan memberikan ada kemungkinan terjadinya interferensi, bentrok atau terjadi transfer risiko antar pekerjaan.
---000---
Referensi:
- Health and Safety Executive (HSE). Risk assessment - A brief guide to controlling risks in the workplace. 2014. Inggris
- International Labour Organization (ILO). Encyclopedia of Occupational Health and Safety 4th Edition. 1998. Swiss
- Occupational Safety and Health Administration (OSHA). Job Hazard Analysis. 2002. Amerika
- Oregon OSHA. Hazard Identification and Control. 2005. Amerika
- Canadian Center for Occupational Health and Safety (CCOHS). Hazards. 2015. Kanada
- Safety Institute of Australia. Hazard as a Concept. 2012. Australia
- International Organization for Standardization. ISO Guide 73: 2009, Risk management – Vocabulary. 2009. Swiss
- DROPS Reliable Securing Focus Group. Dropped Objects Awareness and Prevention, Reliable Securing 3.0. 2013. Inggris
- Drops Online. UK HSE Statistics Dec 2015. Diakses di http://www.dropsonline.org/resources-and-guidance/presentations/ industry-updates/uk-hse-statistics-dec-2015/ pada Januari 2016
- Helmerich & Payne. IDC’s Composite Catalog of Oilfield Trash. 2010. Amerika
- HSE UK. HSE information sheet, Preventing injuries from the manual handling of sharp edges in the engineering industry. 1998. Inggris
- HSE UK. Lack of oxygen in confined spaces. Diakses di http://www.hse.gov.uk/welding/confined-spaces.htm pada Maret 2016
- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) - Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Pengenalan Radiasi. Desember 2005. Indonesia
- International Ergonomics Association (IEA). Definition and Domains of Ergonomics. Diakses di http://www.iea.cc/whats/ pada 25 Maret 2016
- Kementerian Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan no. 1405 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri. Indonesia
- International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC). Types of disasters: Definition of hazard. Diakses di http://www.ifrc.org/en/what-we-do/disaster-management/about-disasters/definition-of-hazard/ pada Maret 2016
- Work Safe Alberta. Occupational Health and Safety Teacher Resources. Kanada
- World Health Organization (WHO). Health Impact of Psychosocial Hazards at Work: An Overview. 2010. Swiss
- European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA). Expert forecast on emerging psychosocial risks related to occupational safety and health. 2007. Luxembourg
- Comcare Australia. Psychosocial hazards. Diakses di: https://www.comcare.gov.au/preventing/hazards/psychosocial_hazards pada Maret 2016
- Tweedy, James T. Healthcare Hazard Control and Safety Management. 2005. Singapura
- International Marine Contractors Association (IMCA). Guidance on Simultaneous Operations (SIMOPS). 2010. Inggris
- PetroWiki. Glossary: SIMOPs. Diakses di http://petrowiki.org/Glossary%3ASIMOPs pada Maret 2016.
Postingan terkait
Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) Profesional K3
Profesional K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) sering dipandang sebelah mata, bahkan tidak jarang jabatan K3 dipandang sebagai posisi buangan bagi pekerja tua tidak produktif yang karirnya sudah mandeg di perusahaan. Apakah benar begitu?
Pandangan tersebut jelas keliru. Profesional K3, terlepas dari apapun sebutan dan tingkatnya (petugas, pengawas, koordinator, atau manajer K3) memiliki tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi) yang tidak mudah. Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan benar, seorang profesional K3 memerlukan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang disokong dari beragam rumpun ilmu, diantaranya fisika, kimia, biologi, fisiologi, statistika, matematika, komputer, teknik mekanika, proses industri, bisnis, komunikasi, dan psikologi.
Beragam studi harus mampu dilakukan oleh profesional K3, diantaranya toksikologi dan higiene industri, desain teknis pengendalian bahaya, perlindungan kebakaran, ergonomi, keselamatan proses produksi, manajemen K3, analisa dan investigasi kecelakaan, keselamatan konstruksi, metode pendidikan dan pelatihan, pengukuran kinerja K3, perilaku manusia, perlindungan lingkungan, regulasi hukum K3, dan standar teknis industri.
Maka dari itu, tidak heran jika profesional K3 bisa berasal dari disiplin pendidikan yang bervariasi, semisal teknik, administrasi bisnis dan manajemen, ilmu pendidikan, ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lain.
Tidak jarang pula, sebagai bagian dari pekerjaannya, praktisi K3 harus bisa melakukan perencanaan dan pengelolaan keuangan dan sumberdaya, bertanggungjawab untuk mengawasi staf ahli yang beragam kompetensi dan lokasi.
Standar American National Standard Institute (ANSI) Z590.1, yang berjudul Criteria for Establishing Levels of Competence in the Safety Profession menyebutkan 4 fungsi utama seorang profesional K3 sebagai berikut:
Pertama, mengantisipasi, mengidentifikasi, dan mengevaluasi kondisi dan tindakan berbahaya. Beberapa kemampuan dan aktifitas perlu dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi berbahaya, semisal inspeksi peralatan dan fasilitas, investigasi kecelakaan, analisa bahaya pekerjaan, studi penataan bangunan, dan wawancara serta diskusi dengan pekerja yang terpapar bahaya. Pemahaman yang baik terhadap bahaya dalam berbagai situasi dan pengetahuan terhadap persyaratan peraturan pemerintah menjadi tambahan yang cukup membantu.
Kedua, membuat desain, metode, prosedur dan program pengendalian bahaya. Kemampuan untuk menganalisa kejadian, kondisi, dan perilaku sangatlah penting guna memahami proses yang berlangsung dan memikirkan solusi untuk mengubahnya. Para praktisi K3 perlu melakukan proses berpikir deduktif dan kreatif dalam menjalankan fungsi kedua ini.
Ketiga, menerapkan, mengelola, dan memberikan saran kepada pihak lain guna mengendalikan bahaya. Seringkali, para praktisi K3 menggunakan lebih dari sekedar komunikasi verbal sederhana ketika menjalankan fungsi ketiga ini. Seringkali, kemampuan membujuk/negosiasi/interpersonal diperlukan agar orang lain memahami dan mau menerapkan tindakan pengendalian tertentu. Sebagai tambahan, kemampuan memimpin tim dapat membantu orang lain menentukan hal-hal yang penting/harus dilakukan. Kemampuan komunikasi yang baik sangatlah penting untuk melaksanakan fungsi kerja ini.
Keempat, mengukur, mengaudit, dan mengevaluasi efektifitas program pengendalian bahaya. Proses evaluasi ini umumnya mempergunakan pengumpulan data mengenai kinerja manusia selama aktifikas pekerjaan berlangsung, mulai dari inspeksi, keluhan pekerja, data investigasi, dan sumber data lainnya yang dapat dipergunakan untuk menentukan apakah tindakan dan/atau perilaku berbahaya telah berhasil dikendalikan.
Profesi K3 bisa berada dalam konteks swasta maupun pemerintah, di industri manufaktur, asuransi, pemerintahan, pendidikan dan pelatihan, jasa konsultasi, konstruksi, kesehatan, desain dan teknik, manajemen limbah, minyak dan gas, transportasi, dan lain sebagainya. Sehingga seorang praktisi K3 harus mampu beradaptasi sesuai fungsinya agar sesuai dengan misi, pekerjaan, dan budaya tempat kerjanya.
Meski tugas praktisi K3 berbeda tergantung industrinya, namun beberapa tugas berikut umumnya dilakukan:
---000---
Referensi:
Pandangan tersebut jelas keliru. Profesional K3, terlepas dari apapun sebutan dan tingkatnya (petugas, pengawas, koordinator, atau manajer K3) memiliki tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi) yang tidak mudah. Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan benar, seorang profesional K3 memerlukan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang disokong dari beragam rumpun ilmu, diantaranya fisika, kimia, biologi, fisiologi, statistika, matematika, komputer, teknik mekanika, proses industri, bisnis, komunikasi, dan psikologi.
Beragam studi harus mampu dilakukan oleh profesional K3, diantaranya toksikologi dan higiene industri, desain teknis pengendalian bahaya, perlindungan kebakaran, ergonomi, keselamatan proses produksi, manajemen K3, analisa dan investigasi kecelakaan, keselamatan konstruksi, metode pendidikan dan pelatihan, pengukuran kinerja K3, perilaku manusia, perlindungan lingkungan, regulasi hukum K3, dan standar teknis industri.
Maka dari itu, tidak heran jika profesional K3 bisa berasal dari disiplin pendidikan yang bervariasi, semisal teknik, administrasi bisnis dan manajemen, ilmu pendidikan, ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lain.
Tidak jarang pula, sebagai bagian dari pekerjaannya, praktisi K3 harus bisa melakukan perencanaan dan pengelolaan keuangan dan sumberdaya, bertanggungjawab untuk mengawasi staf ahli yang beragam kompetensi dan lokasi.
Standar American National Standard Institute (ANSI) Z590.1, yang berjudul Criteria for Establishing Levels of Competence in the Safety Profession menyebutkan 4 fungsi utama seorang profesional K3 sebagai berikut:
Kedua, membuat desain, metode, prosedur dan program pengendalian bahaya. Kemampuan untuk menganalisa kejadian, kondisi, dan perilaku sangatlah penting guna memahami proses yang berlangsung dan memikirkan solusi untuk mengubahnya. Para praktisi K3 perlu melakukan proses berpikir deduktif dan kreatif dalam menjalankan fungsi kedua ini.
Ketiga, menerapkan, mengelola, dan memberikan saran kepada pihak lain guna mengendalikan bahaya. Seringkali, para praktisi K3 menggunakan lebih dari sekedar komunikasi verbal sederhana ketika menjalankan fungsi ketiga ini. Seringkali, kemampuan membujuk/negosiasi/interpersonal diperlukan agar orang lain memahami dan mau menerapkan tindakan pengendalian tertentu. Sebagai tambahan, kemampuan memimpin tim dapat membantu orang lain menentukan hal-hal yang penting/harus dilakukan. Kemampuan komunikasi yang baik sangatlah penting untuk melaksanakan fungsi kerja ini.
Keempat, mengukur, mengaudit, dan mengevaluasi efektifitas program pengendalian bahaya. Proses evaluasi ini umumnya mempergunakan pengumpulan data mengenai kinerja manusia selama aktifikas pekerjaan berlangsung, mulai dari inspeksi, keluhan pekerja, data investigasi, dan sumber data lainnya yang dapat dipergunakan untuk menentukan apakah tindakan dan/atau perilaku berbahaya telah berhasil dikendalikan.
Profesi K3 bisa berada dalam konteks swasta maupun pemerintah, di industri manufaktur, asuransi, pemerintahan, pendidikan dan pelatihan, jasa konsultasi, konstruksi, kesehatan, desain dan teknik, manajemen limbah, minyak dan gas, transportasi, dan lain sebagainya. Sehingga seorang praktisi K3 harus mampu beradaptasi sesuai fungsinya agar sesuai dengan misi, pekerjaan, dan budaya tempat kerjanya.
Meski tugas praktisi K3 berbeda tergantung industrinya, namun beberapa tugas berikut umumnya dilakukan:
- Rekognisi bahaya: mengidentifikasi kondisi dan tindakan berbahaya yang dapat menyebabkan cedera, sakit atau kerusakan aset perusahaan
- Inspeksi dan audit: menilai risiko keselamatan dan kesehatan terkait peralatan, material, proses, fasilitas
- Perlindungan kebakaran: mengurangi bahaya kebakaran dengan menginspeksi, penataan fasilitas dan proses, dan mendesain sistem pendeteksi dan pemadaman api
- Pemenuhan peraturan perundangan: memastikan peraturan pemerintah terkait keselamatan dan kesehatan dipenuhi
- Pengendalian bahaya kesehatan: mengendalikan bahaya kesehatan, semisal kebisingan, paparan bahan kimia, radiasi, atau biologi yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja
- Ergonomi: meningkatkan tempat kerja dengan pemahaman fisiologi dan psikologi pekerja terkait karakterisitik, kemampuan, dan keterbatasan manusia
- Manajemen bahan berbahaya: memastikan bahan kimia dan produk berbahaya lainnya dibeli, disimpan, dipergunakan, dan dimusnahkan dengan cara yang layak -tidak menimbulkan bahaya kebakaran, tidak memapar pekerja
- Perlindungan lingkungan: mengendalikan bahaya yang jika terlepas tidak terkendali dapat membahayakan lingkungan (udara, air dan tanah)
- Pelatihan: memberikan pekerja dan manajer pengetahuan dan kemampuan untuk dapat mengenali bahaya dan melakukan pekerjaannya secara selamat dan efektif
- Investigasi kecelakaan: menentukan fakta terkait kecelakaan berdasarkan keterangan wawancara saksi, inspeksi lapangan dan pengumpulan bukti
- Pemberi saran kepada manajemen: membantu manajer menetapkan tujuan K3, perencanaan program untuk mencapai target dan mengintegrasikan K3 di dalam budaya perusahaan
- Pencatatan dokumentasi: mengelola informasi K3 guna memenuhi persyaratan pemerintah, juga memberikan data sebagai bahan pertimbangan dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
- Evaluasi: menilai efektifitas program dan aktifitas K3 yang dilakukan
- Tanggap darurat: mengelola, melatih, dan mengkoordinasi tenaga terlatih dalam menindaklanjuti keadaan darurat semisal kebakaran, kecelakaan atau bencana lainnya
- Mengelola program K3: merencanakan, mengelola, menganggarkan, dan mengawasi penyelesaian dan efektifitas program-program yang dilakukan untuk mencapai tujuan K3 perusahaan atau program-program pengendalian administratif dan/atau teknis guna menghilangkan atau meminimalisir bahaya
- Keselamatan produk: menilai kemungkinan paparan produk dalam setiap tahap proses produksi yang dapat memberikan dampak tidak baik bagi kesehatan atau lingkungan dan menentukan tanda peringatan visual dan auditori
- Keamanan: mengidentifikasi dan menerapkan prosedur yang dapat melindungi fasilitas dan bisnis perusahaan dari ancaman yang membahayakan.
---000---
Referensi:
- ANSI Z590.1 Criteria for Establishing Levels of Competence in the Safety Profession
- American Society of Safety Engineers. Career Guide to the Safety Profession
Postingan terkait
Ledakan dan Kebakaran Sumur Macondo
![]() |
Rig Semisubmersible Deepwater Horizon |
20 April 2010, kecelakaan yang mengakibatkan kematian banyak pekerja terjadi di sumur minyak Macondo, sekitar 80 KM dari lepas pantai Louisiana di Teluk Meksiko.
Insiden terjadi ketika pekerjaan well-abandonment sementara yang dilakukan rig pengeboran Deepwater Horizon (DWH). Rig kehilangan kendali atas sumur, sehingga terjadi blowout –pelepasan cepat dan kuat gas dan cairan hidrokarbon dari dalam sumur ke rig. Hidrokarbon yang terlepas itu kontak dengan sumber nyala api dan terbakar. Ledakan dan kebakaran pun terjadi. Korban jiwa atau cedera, kerusakan lingkungan dan kerusakan aset yang terjadi adalah kematian 11 pekerja, cedera serius 17 pekerja, tenggelamnya rig pengeboran dan kerusakan pantai dan laut yang luas akibat tumpahnya 5 juta barel (≈600 juta liter) hidrokarbon dari dalam sumur. Kejadian ini merupakan salah satu kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alam terburuk dalam sejarah Amerika.
![]() |
Rig Deepwater Horizon terbakar dan meledak di sumur Macondo |
![]() |
Penyebaran minyak akibat kebakaran dan ledakan sumur Macondo |

BP Exploration & Production Inc. (BP) adalah operator atau pemegang konsensi blok yang terdapat sumur Macondo. BP adalah pemegang konsensi terbesar di laut dalam (deepwater) Teluk Meksiko Amerika, memiliki lebih dari 650 blok dengan kedalaman laut lebih dari 1,200 feet (≈365 meter).
Untuk mengebor sumur Macondo, BP mengontrak Transocean, kontraktor pengeboran dan penyedia jasa sumur lainnya, termasuk Halliburton dan Sperry-Sun Drilling Services –subsidari Halliburton.
![]() |
Bagan interaksi perusahaan yang terlibat kejadian |
Cameron tidak memiliki kontrak langsung dengan BP, namun kontrak antara Transocean dan BP mempersyaratkan konfigurasi dan referensi spesifik Blowout Preventer (BOP) yang akan digunakan dalam pengerjaan sumur. Cameron menyediaakan part, pengetesan, bantuan teknis dan jasa perbaikan pada BOP Deepwater Horizon.
Personil yang bertanggung jawab akan pengendalian sumur ketika kejadian adalah:
Personil yang bertanggung jawab akan pengendalian sumur ketika kejadian adalah:
Posisi personil pengendali sumur
|
![]() |
Ruang kendali driller di anjungan pengeboran lepas pantai yang serupa di Deepwater Horizon |
Urutan kejadian kebakaran/ledakan
Aktifitas utama yang menyangkut kejadian ledakan dan kebakaran sumur Macondo adalah:
Urutan waktu kejadian
|
Faktor penyebab kejadian kebakaran/ledakan (direct and indirect cause)
Dengan mempergunakan fault tree analysis, berbagai skenario, failure mode dan faktor kontribusi yang memungkinkan, ada 8 temuan utama kejadian ini:
- Semen annulus tidak mengisolasi hidrokarbon
- Shoe track tidak mengisolasi hidrokarbon
- Test tekanan negatif diterima walaupun integritas sumur tidak diperiksa
- Influx dari sumur tidak diidentifikasi hingga hidrokarbon berada di riser
- Respon kendali sumur gagal untuk menjaga kendali sumur
- Pengalihan ke mud gas separator mengakibatkan gas ter-venting di rig
- Sistem kebakaran dan gas tidak mencegah ignisi hidrokarbon
- Mode darurat BOP tidak dapat menutup sumur.

![]() |
Swiss cheese model kejadian ledakan dan kebakaran |
![]() |
Ringkasan kegagalan di Sumur Macondo |

Analisis program dan sistem Pencegahan dan Proteksi Kebakaran
Ada beberapa potensi sumber penyalaan di rig Deepwater Horizon:
- Klasifikasi area listrik (electrical area classified)
- Sistem gas dan kebakaran
- Sistem ventilasi
Area klasifikasi listrik di Deepwater Horizon meliputi area drill floor dan area di atas drill floor, termasuk juga derrick. Area deck yang langsung dibawah drill floor juga masuk klasifikasi listrik. Berbagai macam intake dan outlet ventilasi dan outlet diverter juga masuk klasifikasi listrik. Moon pool dan ruangan mud pit juga masuk area klasifikasi listrik.
Sistem gas dan kebakaran Deepwater Horizon memiliki 27 detektor gas mudah terbakar. Seluruh gas detektor berfungsi otomatis terhadap alarm visual dan audio. 13 dari 27 detektor memiliki respon otomatis, sedang 14 sisanya tidak beraksi otomatis, hanya memberikan alarm visual dan audio.
Dari hasil Analisa data, perawatan dan penilaian terakhir oleh pihak ketiga menunjukkan bahwa gas detektor dalam kondisi cukup baik, diuji dan terawat.
Fungsi dan layout sistem ventilasi juga diperiksa. Fire damper di rig didisain untuk otomatis menutup ketika listriknya mati. Disediakan juga fusible link untuk memastikan damper menutup jika terjadi kebakaran.
Hipotesis analisis kejadian kebakaran
Modeling vapor dispersion menunjukkan bahwa campuran gas mudah terbakar dengan cepat menyelimuti area rig, termasuk beberapa ruangan tertutup dibawah deck. Area di bow dan aft deck utama serta di bawah deck tidak klasifikasi listrik. Karena itu beberapa penyalaan mungkin terjadi.
Sistem HVAC (Heating, Ventilating, dan Air Conditioning) mungkin mentransfer gas mudah terbakar ke area tertutup mesin, sehingga mesin menjadi melebihi kecepatannya. Yang menjadi sumber penyalaan.
Sumber penyalaan mekanikal juga mungkin terjadi. Tekanan yang sangat besar terjadi ketika pelepasan hidrokarbon bisa menyebabkan kegagalan peralatan, dan mengakibatkan kerusakan kolateral sehingga menimbulkan percikan.
Rekomendasikan program pencegahan dan proteksi kebakaran
Laporan investigasi kecelakaan Deepwater Horizon oleh BP memberikan 2 hal besar perbaikan:
Drilling dan Well Operation Practices (DWOP) dan Operating Management System (OMS)
Pengawasan dan kontrol kualitas kontraktor dan provider jasa
Perbaikan DWOP dan OMS:
a) Prosedur dan praktek teknis engineering
- Perbaikan panduan penyemenan
- Perbaikan persyaratan well control
- Perbaikan desain teknis: tubular, casing hanger seal
- Perbaikan persyaratan untuk mencakup pengetesan tekanan negatif
- Memperjelas standar pelaporan dan investigasi kejadian pengendalian sumur
- Mengusulkan American Petroleum Institute untuk mengembangkan rekomendasi untuk desain dan pengetesan busa semen pada penggunaan tekanan tinggi dan suh tinggi
- Penilaian dan meninjau penerapan Management of Change (MOC)
- Memperkuat peran teknis di bidang penyemenan dan isolasi
- Memperkuat kompetensi dan kepemimpinan di operasi laut dalam
- Mengembangkan program pelatihan laut dalam tingkat lanjut
- Membangun ahli internal BP dibidang subsea dan kontrol sistem BOP
- Meminta International Association of Dirlling Cotnractor (IADC) untuk mempertimbangkan sertifikasi di bidang subsea engineering.
d) Proses Safety Performance Management
- Membuat indikator leading dan lagging terkait integritas sumur, pengendalian sumur dan peralatan keselamatan kritis rig
- Mempersyaratkan kontraktor pengeboran untuk membuat sistem monitoring audio terkait indikator leading dan lagging di atas.
Pengawasan dan kontrol kualitas kontraktor dan provider jasa:
a) Pemastian jasa penyemenan
b) Memastikan praktek pengendalian dan monitor sumur diterapkan di semua kontraktor pengeboran
c) Keselamatan proses rig:
- Hazop review pada sistem gas permukaan dan cairan pengeboran sebagai bagian dari rig audit dan penerimaan
- Memasukkan semua venting hidrokarbon sebagai bagian dari Hazop
- Menetapkan minimal redundancy dan reliabilitas BOP yang dimiliki kontraktor
- Memperketat persyaratan minimum pengetesan BOP
- Memperketat persyaratan minimum perawatan BOP
- Menetapkan persyaratan minimum Management of Change subsea BOP
- Membuat perencanaan yang jelas untuk ROV intervensi sebagai bagian dari tanggap darurat
- Membuat kontraktor pengeboran menerapkan proses kualifikasi yang memverifikasi kinerja kemampuan shearing BOP
- Termasuk verifikasi pengujian dan kesesuaian dengan point redundancy dan kemampuan shearing BOP.
Juli 2010, 4 dari 5 perusahaan besar minyak dan gas membangun perusahaan non profit Marine Well Containment sebagai langkah bersama untuk meningkatkan kapabilitas penanganan tumpahan sumur di Teluk Meksiko. Masing-masing perusahaan komitmen berinvestasi 1 milyar USD untuk pengembangan sistem cepat tanggap perusahaan Marine Well Containment yang terdiri dari peralatan modular kontainment yang dapat mengumpulkan minyak yang mengalir dari laut dalam. Sistem ini didisain untuk dpt dimobilisasi dalam waktu 24 jam dan siap dioperasikan selama berminggu-minggu, siap menampung tumpahan sedalam 10,000 feet dari permukaan, untuk volume sampai 100,000 barel per hari.
Sistem ini didesain untuk dapat menangani tumpahan atau kejadian seperti Deepwater Horizon di masa depan.
---000---
Referensi:
- British Petroleum. Deepwater Horizon Accident Investigation Report. September 2010. UK
- US Chemical Safety and Hazard Investigation Board. Investigation Report, Explosion and Fire at the Macondo Well. Juni 2014. US
- Deepwater Horizon Study Group (DHSG). Final Report on the Investigation of the Macondo Well Blowout. University of California Berkeley, US
- The Bureau of Ocean Energy Management, Regulation and Enforcement. Report Regarding The Causes Of The April 20, 2010 Macondo Well Blowout. September 2011. US
- National Commission on the BP Deepwater Horizon Oil Spill and Offshore Drilling. Deep Water the Gulf Oil Disaster and the Future of Offshore Drilling: Report to the President. Januari 2011. US
Postingan terkait
Program Peningkatan Kinerja Manusia
Ada beberapa metode dan teknik praktis untuk mengantisipasi, mencegah dan ‘menangkap’ kesalahan manusia aktif, -juga yang terpenting-, mengidentifikasi dan mencegah/mitigasi kesalahan laten yang terkait faktor organisasi. DOE US telah menyusun daftar metode dan teknik tersebut, yang jika dipergunakan secara efektif, dapat meningkatkan kinerja manusia di tempat kerja.
Mengurangi kesalahan manusia dan mengelola pengendalian –dengan cara menghilangkan kelemahan laten sistem- adalah paradigma kinerja manusia untuk mencapai nihil kejadian/kecelakaan yang signifikan.(Re + Mc -> ØE).
Perusahaan disarankan untuk menilai kebutuhan pengendalian kesalahan manusia yang ada di tempat masing-masing dan merujuk ke metode atau teknik yang ada sebagai panduan mengembangkan program berbasis perilaku.Tidak semua metode atau teknik tersebut perlu dipakai, tapi pilih dan pergunakanlah yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Ada 3 pengelompokkan metode atau teknik tersebut: untuk individu, untuk kelompok kerja dan untuk manajemen.
Tujuan dasar dari metode atau teknik peningkatan kinerja individu adalah untuk membantu pekerja individual menjaga kontrol positif dari kondisi kerja. Kontrol positif maksudnya adalah apa yang diharapkan terjadi adalah yang terjadi, dan itu adalah satu-satunya yang terjadi. Sebelum bekerja, individu yang mawas diri akan memahami pengaruh signifikan tindakannya dan hasil yang akan diperoleh dari tindakannya. Proses berpikir yang demikian membutuhkan waktu. Semua metode atau teknik peningkatan kinerja memang didesain sengaja untuk memperlambat segala sesuatu, sehingga pada akhirnya akan mempercepat pekerjaan karena terhindar dari kejadian yang dipicu oleh kesalahan aktif individu. Jika digunakan dengan sadar, metode atau teknik tersebut akan memberikan pekerja lebih banyak waktu untuk berpikir mengenai pekerjaan yang ada –apa yang terjadi, apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan jika terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
Metode atau teknik dalam kategori ini yaitu: task preview (peninjauan pekerjaan), job-site review (peninjauan area kerja), questioning attitude (sikap mempertanyakan), stop when unsure (berhenti jika ragu), self-checking (memeriksa diri sendiri), procedure use and adherence (penggunaan prosedur dan mematuhinya), validate assumptions (memvalidasi asumsi), tanda tangan, komunikasi efektif, place-keeping, tanda “jangan mengganggu”.
Metode atau teknik di kategori individual ini lebih banyak membentuk “situational awareness” (kewaspadaan lingkungan) pekerja. Kewaspadaan lingkungan bisa didefinisikan sebagai keakuratan pengetahuan dan pemahaman seorang pekerja terhadap kondisi yang berlangsung dengan kondisi yang seutuhnya/sebenarnya terjadinya pada waktu tertentu.
Peninjauan pekerjaan bisa termasuk mereview prosedur atau documen lain yang terkait untuk membiasakan diri dengan pekerjaan, langkah kerja dan langkah kritis.
Peninjauan area kerja bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan lingkungan ketika pertama kali datang ke lokasi kerja. Pekerja harus mengambil cukup waktu untuk membangun akurasi tentang indikator kritis, kondisi peralatan, kondisi lingkungan kerja, bahaya dan bahkan anggota tim kerja.
Sikap mempertanyakan meningkatkan keberpihakan terhadap fakta atas asumsi dan opini.Pertanyaan semisal “bagaimana jika?” atau “apakah ini dapat diterima?” membantu meningkatkan identifikasi atas asumsi yang tidak benar atau kemungkinan kesalahan.
Berhenti jika ragu, ketika ada pertanyaan yang muncul dan masih tidak yakin – berhenti dan bertanya! Setiap orang punya tanggung jawab dan otoritas untuk menghentikan pekerjaan jika ada ketidakyakinan (istilah “pause” atau “time-out” dipergunakan di beberapa perusahaan).
Memeriksa diri sendiri membantu pekerja menfokuskan perhatian pada komponen atau aktifitas yang sesuai; berpikir tentang tindakan yang seharusnya dilakukan, mengerti dampak yang akan didapat sebelum bertindak, dan memverifikasi dampak sebelum bertindak.
Penggunaan prosedur berarti mengerti maksud dan tujuan prosedur dan mengikuti sebagaimana arahannya.Jika prosedur tidak dapat digunakan secara selamat atau tidak ditulis dengan benar, maka pekerjaan harus dihentikan dan prosedurnya direvisi sebelum melanjutkan pekerjaan.
Asumsi adalah bagian penting pekerjaan engineering yang membantu membatasi masalah selagi mengumpulkan tambahan informasi atau pengetahuan.Pekerja yang memiliki pengetahuan tidak boleh menganggap asumsi tersebut sebagai fakta.Ketika asumsi tidak dapat diverifikasi, pekerja ahli (subject matter expert) diikutkan dalam pekerjaan untuk membantu memberikan masukan substantif, memecahkan asumsi dan memberikan solusi pada masalah.
Di pekerjaan teknikal, individual menyelesaikan pekerjaan kemudian menandatangani dokumen sebagai bukti bahwa dia telah melakukan pekerjaan dengan lengkap dan akurat sesuai standar, prosedur dan persyaratan teknikal (code).
Tujuan komunikasi efektif adalah saling memahami antara 2 orang atau lebih.Komunikasi bisa jadi pertahanan terpenting dari kejadian/kecelakaan dan kesalahan manusia.Komunikasi oral memiliki resiko ketidakpahaman yang lebih besar ketimbang komunikasi tertulis.
Metode komunikasi “3 arah” atau “mengulangi kembali” dipergunakan untuk mengkomunikasikan perubahan pada peralatan secara fisik ketika bekerja tatap muka, via telepon atau radio.Caranya, pertama komunikan/pengirim pesan mengambil perhatian si penerima pesan kemudian memberikan pesannya secara jelas.Kedua, penerima pesan mengulangi kembali pesannya dalam kalimat yang dikemas ulang, jika tidak mengerti pesannya, dia harus meminta klarifikasi, konfirmasi atau minta agar pesan si komunikan diulang kembali.Ketiga, komunikan memberitahu penerima pesan bahwa pesan yang dia sampaikan sudah benar dimengerti atau membenarkan penerima pesan ketika dia mengulangi arahan yang disampaikan.
Beberapa huruf bisa jadi terdengar serupa dan bisa membingungkan dalam kondisi yang penuh tekanan/stres atau bising.Penggunaan phonetik alphabet menspesifikkan huruf tertentu sehingga mengurangi kebingungan pada pendengar akibat kebisingan, kelemahan signal telepon/radio dan aksen pembicara. Misalnya, 2UL-18L dan 2UL-18F bisa dieja “dua Uniform
Lima dash delapan belas LIMA” dan “dua Uniform Lima dash delapan belas FOXTROT.”
Place-keeping melibatkan pemberiaan tanda pada langkah kerja di prosedur yang telah diselesaikan.Metode ini efektif untuk mencegah pengulangan atau terlewatinya langkah kerja, terutama untuk prosedur teknikal yang detail yang memiliki banyak cabang. Ketika mempergunakan prosedur, perhatian pekerja secara konstan beralih-alih antara melihat prosedur, indikator, peralatan, pekerja lain dan lain-lain, metode ini efektif untuk mencegah kesalahan.
Ketika ilmuwan, engineer, atau pekerja lain sedang melakukan pekerjaan beresiko tinggi atau kritis, sangatlah penting mereka menjaga konsentrasi dan perhatiannya pada pekerjaan, terutama jika pekerjaan tersebut membutuhkan verifikasi. Tanda “jangan mengganggu” bisa memberikan kendali atas kondisi demikian.

Teknik-teknik peningkatan kinerja untuk tim kerja tergantung pada kerumitan bahaya pekerjaan, intensitas pekerjaan, durasi kerja (apakah membutuhkan shift yang banyak atau tim kerja) dan umpan balik dukungan manajemen ketika pekerjaan selesai dilakukan. Teknik-teknik berikut membutuhkan koordinasi dan/atau partisipasi dari dua orang atau lebih, keterlibatan pengawas dan dukungan manajemen.teknik tersebut adalah: pre-job briefing (briefing sebelum kerja), praktek verifikasi (peer check, peer review, concurrent verification, independent verification), flagging (pemberian tanda), turnover (transfer pergantian shif), post job review (review setelah selesai kerja), perencanaan proyek, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, rapat peninjauan proyek, pengawasan vendor.
Briefing sebelum kerja adalah rapat yang dilakukan antara pekerja dengan pengawas sebelum melaksanakan pekerjaan untuk mendiskusikan langkah kerja kritis, bahaya dan pencegahannya. Tingkat detail briefing sebelum kerja tergantung kompleksitas bahaya kerja dan kemampuan pekerja.
Praktek verifikasi melibatkan 4 teknik: peer check (pemeriksaan oleh rekan kerja), peer review (peninjauan oleh rekan kerja), concurrent verification (peninjauan bersamaan), dan independent verification (peninjauan terpisah). “Pemeriksaan” maksudnya adalah memastikan tindakan rekan pekerja sudah benar, sedang verifikasi maksudnya adalah memastikan kondisi peralatan sudah sesuai dengan persyaratan.
Pemeriksaan oleh sesama rekan kerja (peer check) dilakukan oleh dua pekerja yang bekerja dalam waktu dan tempat yang sama ketika melakukan pekerjaan tertentu untuk memastikan rekan kerja melakukan langkah kerja yang benar. Peninjauan bersamaan (concurrent verification) dilakukan oleh dua pekerja yang bekerja bersama-sama dalam waktu dan tempat yang sama ketika melakukan pekerjaan tertentu untuk memastikan kondisi/peralatan kerja sebelum-ketika-sesudah tindakan rekan kerja dalam kondisi yang sesuai.
Peninjauan oleh rekan kerja (peer review) bertujuan untuk mendeteksi kesalahan sebelum dokumen atau produk dinyatakan selesai dengan dibaca dan diperiksa kualitas kerjanya oleh pekerja lain.
Peninjauan terpisah (independent verification) dilakukan oleh pekerja lain yang terpisah waktu dan jarak untuk memastikan kondisi peralatan atau akurasi dokumen/perhitungan sudah sesuai dengan persyaratan kerja sehingga dapat menghasilkan kondisi kerja yang selamat.
Pemberian tanda (flagging) mencegah pekerja salah ketika mengoperasikan/memperbaiki komponen peralatan yang terlihat serupa secara fisik dan berdekatan satu sama lain. Alat penanda bisa berupa selotip berwarna, pita, tag berwarna, magnet, barrier tape, dan lain-lain.
Transfer pergantian shift (turnover) adalah transfer informasi kerja, tugas, atau tanggung jawab antara pekerja atau tim kerja yang akan selesai masa kerjanya kepada pekerja yang akan melanjutkan shift kerja selanjutnya. Transfer pergantian shift sebaiknya dilakukan secara visual (keliling area kerja), verbal dan dalam bentuk tertulis (check list log) untuk menghindari distorsi terlupanya informasi yang ditransfer.
Review setelah selesai kerja adalah penilaian diri sendiri setelah selesai melakukan pekerja dengan mengumpulkan umpan balik dari tim kerja. Review setelah selesai kerja bisa mengurangi kelemahan yang ada di proses, program, kebijakan dan kondisi kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan.
Perencanaan proyek yang efektif membantu menjaga rendahnya resiko kegagalan selama masa proyek.Pikiran manusia tidak dapat diandalkan dan tidak konsisten menjaga kewaspadaan dan mengingat seluruh elemen proyek, terutama proyek yang rumit.Perencanaan, monitoring dan pengendalian selama proyek serta motivasi kepada semua yang terlibat di dalam proyek membantu tercapainya tujuan proyek agar tepat waktu, sesuai anggaran dan tanpa kesalahan/cacat.
Salah satu pendekatan pemecahan masalah yang terstruktur, mudah dan dapat diingat adalah dengan mempergunakan P-A-C-T-S: Problem Statement, Analysis, Causes, Testing, Solution. Masalah adalah perbedaan antara apa yang saat ini ada dan apa yang seharusnya ada. Pergunakan metode yang terstruktur, obyektif, dapat diulang dan disetujui ketika melakukan analisa masalah.Rangkum penyebab yang ada, pastikan sesuai dengan fakta dan analisa yang telah dilakukan.Uji penyebabnya dengan pengujian yang sesuai, review independen dan pertanyaan.Beri solusi tiap penyebab, perhatikan resiko, manfaat dan biaya dari solusi yang direncanakan.
Penentuan keputusan yang sesuai proses/metode penentuan masalah dapat membantu mencegah kesalahan pekerja.Tim harus mengerti semua alternatif/opsi keputusan dan dampaknya serta memilih yang paling sesuai dengan keterbatasan yang ada.
Rapat peninjauan proyek bertujuan untuk mengambil manfaat dari pengetahuan, kompetensi dan pengalaman peserta untuk meningkatkan rasa kepemilikan dan kualitas proyek.Secara umum, rapat adalah forum pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tidak boleh/tidak seharusnya ditangani sendirian.
Vendor memiliki resiko yang tinggi di tempat kerja.Pelatihan umum terkadang tidak cukup untuk mengisi kelemahan vendor terhadap kurang pengalamannya di tempat kerja, terutama di bidang keselamatan kerja dan topik tertentu semisal perlindungan radiasi dan kinerja manusia.Karena itulah, dibutukan standar, program, atau prinsip untuk mengawasi secara efektif pekerjaan vendor/kontraktor/supplier.
Teknik-teknik peningkatan kinerja untuk manajer (dan pengawas) bertujuan untuk mengindentifikasi kelemahan laten dalam organisasi/perusahaan yang biasanya tidak terdeteksi di tempat kerja yang bisa memicu kesalahan (error precursors) atau menurunkan integritas pertahanan (flawed defenses). beberapa teknik atau metode peningkatan kinerja untuk manajemen tersebut adalah: benchmarking; observasi; penilaian diri sendiri (self-assessments); indikator kinerja (performance indicators); pengawasan independen; peninjauan produk kerja; investigasi kecelakaan yang kesalahan manusia; pengalaman pengoperasian (operating experience); pengelolaan perubahan (change management); pelaporan kesalahan dan nearmiss; survei pekerja.
Benchmarking adalah proses membandingkan kinerja bagian tertentu salah satu organisasi dengan organisasi lain yang berkinerja lebih baik dan mempelajari apa yang telah dilakukan organisasi tersebut untuk mencapai kinerja yang tinggi. Pembandingan ini bisa mencakup juga identifikasi praktek kerja yang baik, standar kinerja dan cara/metode berpikir inovatif.
Tujuan dari observasi manajemen di lapangan adalah untuk meninjau kualitas dan efektifitas persiapan kerja, praktek/cara kerja dan kinerja kerja. Obervasi perilaku bisa menghilangkan kelemahan organisasi jika manajer dan pengawas mau meluangkan waktu di lapangan untuk mengobservasi jalannya pekerjaan. Dengan demikian kinerja akan meningkat dan peluang kesalahan akan menurun.
Penilaian diri sendiri adalah proses formal atau tidak formal seseorang untuk mengidentifikasi kelemahan diri sendiri untuk perbaikan, caranya adalah dengan membandingkan praktek dan hasil kerja saat ini dengan praktik, hasil dan standar kerja yang seharusnya/diharuskan. Penilaian diri sendiri bisa menjadi cara yang sangat efektif mengidentifikasi kelemahan organisasi karena tidak ada yang lebih mengetahui apa yang dilakukan selain pelaku kerja di organisasi/perusahaan itu sendiri.
Indikator kinerja atau metrics adalah parameter yang menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah organisasi. Ada 2 tipe indikator: lagging (mengukur hasil yang merepresentatifikan hal-hal yang telah dicapai) dan leading (mengukur kondisi sistem yang dapat dijadikan prakiraan, dan mengukur kesehatan organisasi yang bisa memprediksi hasil dan pencapaian).
Pengawasan independen adalah tinjauan aktifitas kerja oleh orang atau badan diluar organisasi/perusahaan yang dapat mengungkap kelemahan tersembunyi bagi manajemen dan pekerja yang bekerja di area tersebut.
Peninjauan produk kerja dilakukan untuk memberikan umpan balik yang akurat kepada pembuat produk terkait kinerja mereka pada produk tertentu. Bukan hanya mengidentifikasi kelemahan tapi juga identifikasi kekuatan/kelebihan dan mengkomunikasikannya kepada pihak lain sebagai pembelajaran.
Kesalahan manusia dalam investigasi kecelakaan jangan dianggap sebagai kesimpulan penyebab sebuah kecelakaan, tapi sebagai titik mulai sebuah investigasi.Kesalahan manusia bukanlah penyebab kegagalan tapi gejala kegagalan yang ada pada sistem. Kondisi laten organisasi lah yang melatarbelakangi kesalahan dan menentukan tingkat keparahan sebuah konsekuensi kejadian. Tantangannya adalah mengungkap mengapa tindakan pekerja yang diambil saat itu tampak masuk akal bagi dia ketika kejadian.
Logika dibalik program ‘pengalaman pengoperasian’ adalah bahwa kecelakaan serius selalu didahului oleh kejadian tidak serius atau disebut precursor events. Precursor event adalah kejadian atau kodisi yang memiliki karakteristik sama dengan kejadian kecelakaan serius, hanya saja tidak ada konsekuensi yang signifikan. Dengan mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya kejadian yang tidak serius ini, kita telah mengurangi peluang terjadinya kecelakaan serius.
Pengelolaan perubahan adalah proses perencanaan terstruktur untuk mengarahkan perubahan, menyesuaikan pekerja dan sumber daya dengan perubahan tersebut, dan menerapkan modifikasi/perubahan besar ataupun kecil di dalam organsisasi/perusahaan. Tanpa pengelolaan perubahan, potensi kesalahan bagi manajemen dan pekerja lapangan akan menjadi sangat besar.
Organisasi yang telah merapkan prinsip dan konsep kinerja manusia akan mendorong pelaporan kesalahan dan nearmiss. Hal-hal yang dapat dilaporkan bisa berupa: bahaya fisik keselamatan (alarm rusak, lampu mati, peralatan tidak layak, kebocoran, tumpahan, tidak sesuainya alat pelindung diri, dll), ketidaklayakan perlatan (tangga licin, masalah pada sirkulasi udara, atap bocor, dll), masalah pada peralatan di kantor dan lapangan (kondisi, status, kerusakan, salah penggunaan, perbaikan, dll), keamanan (pencurian, kekerasan, dll), proses kerja (tidak efisien, kualitas buruk, kegagalan koordinasi, dokumentasi anomali, dll). Pelaporan ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan membatu pekerja dan tim kerja untuk belajar dari kesalahan dan berkinerja lebih baik lagi di masa mendatang.
Survei pekerja bertujuan sebagai alat identifikasi masalah dengan cara melihat adakah perbedaan/gap pada nilai dan norma yang dipercayai pekerja dan tingkat kinerja manusia mereka. Ada beberapa kuisioner survei keselamatan yang dapat digunakan: kuisioner penilaian iklim keselamatan organisasi; analisa gap kinerja manusia; dan kuisioner penilaian diri sendiri untuk kondisi kerja lapangan.
Jika diterapkan dengan selektif, sesuai kebutuhan dan terintegrasi, teknik-teknik peningkatan kinerja untuk individu, tim kerja dan manajemen bisa menjadikan area kerja nihil kecelakaan serius, karena kesalahan manusia dan kesalahan laten organisasi telah teridentifikasi, diantisipasi, dan dicegah.
---000---
Mengurangi kesalahan manusia dan mengelola pengendalian –dengan cara menghilangkan kelemahan laten sistem- adalah paradigma kinerja manusia untuk mencapai nihil kejadian/kecelakaan yang signifikan.(Re + Mc -> ØE).
Perusahaan disarankan untuk menilai kebutuhan pengendalian kesalahan manusia yang ada di tempat masing-masing dan merujuk ke metode atau teknik yang ada sebagai panduan mengembangkan program berbasis perilaku.Tidak semua metode atau teknik tersebut perlu dipakai, tapi pilih dan pergunakanlah yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Ada 3 pengelompokkan metode atau teknik tersebut: untuk individu, untuk kelompok kerja dan untuk manajemen.
Tujuan dasar dari metode atau teknik peningkatan kinerja individu adalah untuk membantu pekerja individual menjaga kontrol positif dari kondisi kerja. Kontrol positif maksudnya adalah apa yang diharapkan terjadi adalah yang terjadi, dan itu adalah satu-satunya yang terjadi. Sebelum bekerja, individu yang mawas diri akan memahami pengaruh signifikan tindakannya dan hasil yang akan diperoleh dari tindakannya. Proses berpikir yang demikian membutuhkan waktu. Semua metode atau teknik peningkatan kinerja memang didesain sengaja untuk memperlambat segala sesuatu, sehingga pada akhirnya akan mempercepat pekerjaan karena terhindar dari kejadian yang dipicu oleh kesalahan aktif individu. Jika digunakan dengan sadar, metode atau teknik tersebut akan memberikan pekerja lebih banyak waktu untuk berpikir mengenai pekerjaan yang ada –apa yang terjadi, apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan jika terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
Metode atau teknik dalam kategori ini yaitu: task preview (peninjauan pekerjaan), job-site review (peninjauan area kerja), questioning attitude (sikap mempertanyakan), stop when unsure (berhenti jika ragu), self-checking (memeriksa diri sendiri), procedure use and adherence (penggunaan prosedur dan mematuhinya), validate assumptions (memvalidasi asumsi), tanda tangan, komunikasi efektif, place-keeping, tanda “jangan mengganggu”.
Metode atau teknik di kategori individual ini lebih banyak membentuk “situational awareness” (kewaspadaan lingkungan) pekerja. Kewaspadaan lingkungan bisa didefinisikan sebagai keakuratan pengetahuan dan pemahaman seorang pekerja terhadap kondisi yang berlangsung dengan kondisi yang seutuhnya/sebenarnya terjadinya pada waktu tertentu.
Peninjauan pekerjaan bisa termasuk mereview prosedur atau documen lain yang terkait untuk membiasakan diri dengan pekerjaan, langkah kerja dan langkah kritis.
Peninjauan area kerja bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan lingkungan ketika pertama kali datang ke lokasi kerja. Pekerja harus mengambil cukup waktu untuk membangun akurasi tentang indikator kritis, kondisi peralatan, kondisi lingkungan kerja, bahaya dan bahkan anggota tim kerja.
Sikap mempertanyakan meningkatkan keberpihakan terhadap fakta atas asumsi dan opini.Pertanyaan semisal “bagaimana jika?” atau “apakah ini dapat diterima?” membantu meningkatkan identifikasi atas asumsi yang tidak benar atau kemungkinan kesalahan.
Berhenti jika ragu, ketika ada pertanyaan yang muncul dan masih tidak yakin – berhenti dan bertanya! Setiap orang punya tanggung jawab dan otoritas untuk menghentikan pekerjaan jika ada ketidakyakinan (istilah “pause” atau “time-out” dipergunakan di beberapa perusahaan).
Memeriksa diri sendiri membantu pekerja menfokuskan perhatian pada komponen atau aktifitas yang sesuai; berpikir tentang tindakan yang seharusnya dilakukan, mengerti dampak yang akan didapat sebelum bertindak, dan memverifikasi dampak sebelum bertindak.
Penggunaan prosedur berarti mengerti maksud dan tujuan prosedur dan mengikuti sebagaimana arahannya.Jika prosedur tidak dapat digunakan secara selamat atau tidak ditulis dengan benar, maka pekerjaan harus dihentikan dan prosedurnya direvisi sebelum melanjutkan pekerjaan.
Asumsi adalah bagian penting pekerjaan engineering yang membantu membatasi masalah selagi mengumpulkan tambahan informasi atau pengetahuan.Pekerja yang memiliki pengetahuan tidak boleh menganggap asumsi tersebut sebagai fakta.Ketika asumsi tidak dapat diverifikasi, pekerja ahli (subject matter expert) diikutkan dalam pekerjaan untuk membantu memberikan masukan substantif, memecahkan asumsi dan memberikan solusi pada masalah.
Di pekerjaan teknikal, individual menyelesaikan pekerjaan kemudian menandatangani dokumen sebagai bukti bahwa dia telah melakukan pekerjaan dengan lengkap dan akurat sesuai standar, prosedur dan persyaratan teknikal (code).
Tujuan komunikasi efektif adalah saling memahami antara 2 orang atau lebih.Komunikasi bisa jadi pertahanan terpenting dari kejadian/kecelakaan dan kesalahan manusia.Komunikasi oral memiliki resiko ketidakpahaman yang lebih besar ketimbang komunikasi tertulis.
Metode komunikasi “3 arah” atau “mengulangi kembali” dipergunakan untuk mengkomunikasikan perubahan pada peralatan secara fisik ketika bekerja tatap muka, via telepon atau radio.Caranya, pertama komunikan/pengirim pesan mengambil perhatian si penerima pesan kemudian memberikan pesannya secara jelas.Kedua, penerima pesan mengulangi kembali pesannya dalam kalimat yang dikemas ulang, jika tidak mengerti pesannya, dia harus meminta klarifikasi, konfirmasi atau minta agar pesan si komunikan diulang kembali.Ketiga, komunikan memberitahu penerima pesan bahwa pesan yang dia sampaikan sudah benar dimengerti atau membenarkan penerima pesan ketika dia mengulangi arahan yang disampaikan.
Beberapa huruf bisa jadi terdengar serupa dan bisa membingungkan dalam kondisi yang penuh tekanan/stres atau bising.Penggunaan phonetik alphabet menspesifikkan huruf tertentu sehingga mengurangi kebingungan pada pendengar akibat kebisingan, kelemahan signal telepon/radio dan aksen pembicara. Misalnya, 2UL-18L dan 2UL-18F bisa dieja “dua Uniform
Lima dash delapan belas LIMA” dan “dua Uniform Lima dash delapan belas FOXTROT.”
Place-keeping melibatkan pemberiaan tanda pada langkah kerja di prosedur yang telah diselesaikan.Metode ini efektif untuk mencegah pengulangan atau terlewatinya langkah kerja, terutama untuk prosedur teknikal yang detail yang memiliki banyak cabang. Ketika mempergunakan prosedur, perhatian pekerja secara konstan beralih-alih antara melihat prosedur, indikator, peralatan, pekerja lain dan lain-lain, metode ini efektif untuk mencegah kesalahan.
Ketika ilmuwan, engineer, atau pekerja lain sedang melakukan pekerjaan beresiko tinggi atau kritis, sangatlah penting mereka menjaga konsentrasi dan perhatiannya pada pekerjaan, terutama jika pekerjaan tersebut membutuhkan verifikasi. Tanda “jangan mengganggu” bisa memberikan kendali atas kondisi demikian.

Teknik-teknik peningkatan kinerja untuk tim kerja tergantung pada kerumitan bahaya pekerjaan, intensitas pekerjaan, durasi kerja (apakah membutuhkan shift yang banyak atau tim kerja) dan umpan balik dukungan manajemen ketika pekerjaan selesai dilakukan. Teknik-teknik berikut membutuhkan koordinasi dan/atau partisipasi dari dua orang atau lebih, keterlibatan pengawas dan dukungan manajemen.teknik tersebut adalah: pre-job briefing (briefing sebelum kerja), praktek verifikasi (peer check, peer review, concurrent verification, independent verification), flagging (pemberian tanda), turnover (transfer pergantian shif), post job review (review setelah selesai kerja), perencanaan proyek, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, rapat peninjauan proyek, pengawasan vendor.
Briefing sebelum kerja adalah rapat yang dilakukan antara pekerja dengan pengawas sebelum melaksanakan pekerjaan untuk mendiskusikan langkah kerja kritis, bahaya dan pencegahannya. Tingkat detail briefing sebelum kerja tergantung kompleksitas bahaya kerja dan kemampuan pekerja.
Praktek verifikasi melibatkan 4 teknik: peer check (pemeriksaan oleh rekan kerja), peer review (peninjauan oleh rekan kerja), concurrent verification (peninjauan bersamaan), dan independent verification (peninjauan terpisah). “Pemeriksaan” maksudnya adalah memastikan tindakan rekan pekerja sudah benar, sedang verifikasi maksudnya adalah memastikan kondisi peralatan sudah sesuai dengan persyaratan.
Pemeriksaan oleh sesama rekan kerja (peer check) dilakukan oleh dua pekerja yang bekerja dalam waktu dan tempat yang sama ketika melakukan pekerjaan tertentu untuk memastikan rekan kerja melakukan langkah kerja yang benar. Peninjauan bersamaan (concurrent verification) dilakukan oleh dua pekerja yang bekerja bersama-sama dalam waktu dan tempat yang sama ketika melakukan pekerjaan tertentu untuk memastikan kondisi/peralatan kerja sebelum-ketika-sesudah tindakan rekan kerja dalam kondisi yang sesuai.
Peninjauan oleh rekan kerja (peer review) bertujuan untuk mendeteksi kesalahan sebelum dokumen atau produk dinyatakan selesai dengan dibaca dan diperiksa kualitas kerjanya oleh pekerja lain.
Peninjauan terpisah (independent verification) dilakukan oleh pekerja lain yang terpisah waktu dan jarak untuk memastikan kondisi peralatan atau akurasi dokumen/perhitungan sudah sesuai dengan persyaratan kerja sehingga dapat menghasilkan kondisi kerja yang selamat.
Pemberian tanda (flagging) mencegah pekerja salah ketika mengoperasikan/memperbaiki komponen peralatan yang terlihat serupa secara fisik dan berdekatan satu sama lain. Alat penanda bisa berupa selotip berwarna, pita, tag berwarna, magnet, barrier tape, dan lain-lain.
Transfer pergantian shift (turnover) adalah transfer informasi kerja, tugas, atau tanggung jawab antara pekerja atau tim kerja yang akan selesai masa kerjanya kepada pekerja yang akan melanjutkan shift kerja selanjutnya. Transfer pergantian shift sebaiknya dilakukan secara visual (keliling area kerja), verbal dan dalam bentuk tertulis (check list log) untuk menghindari distorsi terlupanya informasi yang ditransfer.
Review setelah selesai kerja adalah penilaian diri sendiri setelah selesai melakukan pekerja dengan mengumpulkan umpan balik dari tim kerja. Review setelah selesai kerja bisa mengurangi kelemahan yang ada di proses, program, kebijakan dan kondisi kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan.
Perencanaan proyek yang efektif membantu menjaga rendahnya resiko kegagalan selama masa proyek.Pikiran manusia tidak dapat diandalkan dan tidak konsisten menjaga kewaspadaan dan mengingat seluruh elemen proyek, terutama proyek yang rumit.Perencanaan, monitoring dan pengendalian selama proyek serta motivasi kepada semua yang terlibat di dalam proyek membantu tercapainya tujuan proyek agar tepat waktu, sesuai anggaran dan tanpa kesalahan/cacat.
Salah satu pendekatan pemecahan masalah yang terstruktur, mudah dan dapat diingat adalah dengan mempergunakan P-A-C-T-S: Problem Statement, Analysis, Causes, Testing, Solution. Masalah adalah perbedaan antara apa yang saat ini ada dan apa yang seharusnya ada. Pergunakan metode yang terstruktur, obyektif, dapat diulang dan disetujui ketika melakukan analisa masalah.Rangkum penyebab yang ada, pastikan sesuai dengan fakta dan analisa yang telah dilakukan.Uji penyebabnya dengan pengujian yang sesuai, review independen dan pertanyaan.Beri solusi tiap penyebab, perhatikan resiko, manfaat dan biaya dari solusi yang direncanakan.
Penentuan keputusan yang sesuai proses/metode penentuan masalah dapat membantu mencegah kesalahan pekerja.Tim harus mengerti semua alternatif/opsi keputusan dan dampaknya serta memilih yang paling sesuai dengan keterbatasan yang ada.
Rapat peninjauan proyek bertujuan untuk mengambil manfaat dari pengetahuan, kompetensi dan pengalaman peserta untuk meningkatkan rasa kepemilikan dan kualitas proyek.Secara umum, rapat adalah forum pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tidak boleh/tidak seharusnya ditangani sendirian.
Vendor memiliki resiko yang tinggi di tempat kerja.Pelatihan umum terkadang tidak cukup untuk mengisi kelemahan vendor terhadap kurang pengalamannya di tempat kerja, terutama di bidang keselamatan kerja dan topik tertentu semisal perlindungan radiasi dan kinerja manusia.Karena itulah, dibutukan standar, program, atau prinsip untuk mengawasi secara efektif pekerjaan vendor/kontraktor/supplier.

Teknik-teknik peningkatan kinerja untuk manajer (dan pengawas) bertujuan untuk mengindentifikasi kelemahan laten dalam organisasi/perusahaan yang biasanya tidak terdeteksi di tempat kerja yang bisa memicu kesalahan (error precursors) atau menurunkan integritas pertahanan (flawed defenses). beberapa teknik atau metode peningkatan kinerja untuk manajemen tersebut adalah: benchmarking; observasi; penilaian diri sendiri (self-assessments); indikator kinerja (performance indicators); pengawasan independen; peninjauan produk kerja; investigasi kecelakaan yang kesalahan manusia; pengalaman pengoperasian (operating experience); pengelolaan perubahan (change management); pelaporan kesalahan dan nearmiss; survei pekerja.
Benchmarking adalah proses membandingkan kinerja bagian tertentu salah satu organisasi dengan organisasi lain yang berkinerja lebih baik dan mempelajari apa yang telah dilakukan organisasi tersebut untuk mencapai kinerja yang tinggi. Pembandingan ini bisa mencakup juga identifikasi praktek kerja yang baik, standar kinerja dan cara/metode berpikir inovatif.
Tujuan dari observasi manajemen di lapangan adalah untuk meninjau kualitas dan efektifitas persiapan kerja, praktek/cara kerja dan kinerja kerja. Obervasi perilaku bisa menghilangkan kelemahan organisasi jika manajer dan pengawas mau meluangkan waktu di lapangan untuk mengobservasi jalannya pekerjaan. Dengan demikian kinerja akan meningkat dan peluang kesalahan akan menurun.
Penilaian diri sendiri adalah proses formal atau tidak formal seseorang untuk mengidentifikasi kelemahan diri sendiri untuk perbaikan, caranya adalah dengan membandingkan praktek dan hasil kerja saat ini dengan praktik, hasil dan standar kerja yang seharusnya/diharuskan. Penilaian diri sendiri bisa menjadi cara yang sangat efektif mengidentifikasi kelemahan organisasi karena tidak ada yang lebih mengetahui apa yang dilakukan selain pelaku kerja di organisasi/perusahaan itu sendiri.
Indikator kinerja atau metrics adalah parameter yang menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah organisasi. Ada 2 tipe indikator: lagging (mengukur hasil yang merepresentatifikan hal-hal yang telah dicapai) dan leading (mengukur kondisi sistem yang dapat dijadikan prakiraan, dan mengukur kesehatan organisasi yang bisa memprediksi hasil dan pencapaian).
Pengawasan independen adalah tinjauan aktifitas kerja oleh orang atau badan diluar organisasi/perusahaan yang dapat mengungkap kelemahan tersembunyi bagi manajemen dan pekerja yang bekerja di area tersebut.
Peninjauan produk kerja dilakukan untuk memberikan umpan balik yang akurat kepada pembuat produk terkait kinerja mereka pada produk tertentu. Bukan hanya mengidentifikasi kelemahan tapi juga identifikasi kekuatan/kelebihan dan mengkomunikasikannya kepada pihak lain sebagai pembelajaran.
Kesalahan manusia dalam investigasi kecelakaan jangan dianggap sebagai kesimpulan penyebab sebuah kecelakaan, tapi sebagai titik mulai sebuah investigasi.Kesalahan manusia bukanlah penyebab kegagalan tapi gejala kegagalan yang ada pada sistem. Kondisi laten organisasi lah yang melatarbelakangi kesalahan dan menentukan tingkat keparahan sebuah konsekuensi kejadian. Tantangannya adalah mengungkap mengapa tindakan pekerja yang diambil saat itu tampak masuk akal bagi dia ketika kejadian.
Logika dibalik program ‘pengalaman pengoperasian’ adalah bahwa kecelakaan serius selalu didahului oleh kejadian tidak serius atau disebut precursor events. Precursor event adalah kejadian atau kodisi yang memiliki karakteristik sama dengan kejadian kecelakaan serius, hanya saja tidak ada konsekuensi yang signifikan. Dengan mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya kejadian yang tidak serius ini, kita telah mengurangi peluang terjadinya kecelakaan serius.
Pengelolaan perubahan adalah proses perencanaan terstruktur untuk mengarahkan perubahan, menyesuaikan pekerja dan sumber daya dengan perubahan tersebut, dan menerapkan modifikasi/perubahan besar ataupun kecil di dalam organsisasi/perusahaan. Tanpa pengelolaan perubahan, potensi kesalahan bagi manajemen dan pekerja lapangan akan menjadi sangat besar.
Organisasi yang telah merapkan prinsip dan konsep kinerja manusia akan mendorong pelaporan kesalahan dan nearmiss. Hal-hal yang dapat dilaporkan bisa berupa: bahaya fisik keselamatan (alarm rusak, lampu mati, peralatan tidak layak, kebocoran, tumpahan, tidak sesuainya alat pelindung diri, dll), ketidaklayakan perlatan (tangga licin, masalah pada sirkulasi udara, atap bocor, dll), masalah pada peralatan di kantor dan lapangan (kondisi, status, kerusakan, salah penggunaan, perbaikan, dll), keamanan (pencurian, kekerasan, dll), proses kerja (tidak efisien, kualitas buruk, kegagalan koordinasi, dokumentasi anomali, dll). Pelaporan ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan membatu pekerja dan tim kerja untuk belajar dari kesalahan dan berkinerja lebih baik lagi di masa mendatang.
Survei pekerja bertujuan sebagai alat identifikasi masalah dengan cara melihat adakah perbedaan/gap pada nilai dan norma yang dipercayai pekerja dan tingkat kinerja manusia mereka. Ada beberapa kuisioner survei keselamatan yang dapat digunakan: kuisioner penilaian iklim keselamatan organisasi; analisa gap kinerja manusia; dan kuisioner penilaian diri sendiri untuk kondisi kerja lapangan.
Jika diterapkan dengan selektif, sesuai kebutuhan dan terintegrasi, teknik-teknik peningkatan kinerja untuk individu, tim kerja dan manajemen bisa menjadikan area kerja nihil kecelakaan serius, karena kesalahan manusia dan kesalahan laten organisasi telah teridentifikasi, diantisipasi, dan dicegah.
---000---
Referensi: Department of Energy. Human Performance Improvement Handbook Volume 2: Human for Performance Tools Individuals, Work Teams, And Management. June 2009. Washington, D.C, USA.
Postingan terkait
Langganan:
Postingan (Atom)